Kembali ke Alkitab yang sebenar-benarnya (Truly back to the Bible)

MISI

MISI
Kata kunci yang terdapat di sini adalah "Kembali" yang menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu yang baru bagi kita di akhir jaman. Semuanya sudah dibukakan oleh Allah, pertama-tama kepada para rasul, kemudian setelah masa kegelapan, kepada tokoh-tokoh reformasi. Apa yang sudah dipulihkan hendaknya jangan sampai diselewengkan kembali hanya karena kebodohan atau ketidak-mengertian kita akan Firman Tuhan.

KEMBALI PADA PENGAJARAN YANG BENAR
         Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian visi bahwa hampir setiap pergerakan Allah selalu diikuti dengan penyesatan (atau ekstrem) yang dilakukan iblis, maka diperlukan suatu pengajaran yang kuat untuk membawa kembali ke jalur yang benar sesuai dengan pemulihan yang Allah sudah lakukan. Contoh, apa yang sudah dipulihkan Allah melalui Martin Luther, yaitu perihal keselamatan yang diperoleh hanya karena iman, jangan dikembalikan lagi kepada perbuatan-perbuatan seperti yang diajarkan oleh beberapa orang Kristen. Yang perlu ditekankan adalah perihal iman yang hidup (yang menghasilkan perbuatan) bukan perbuatan yang ditambahkan kepada iman.


KEMBALI PADA POLA BERJEMAAT YANG BENAR
       Alkitab mengajarkan bahwa kata "Ekkaleo" dan "Ekklesia" selalu menunjuk kepada organisme, yaitu manusia sebagai Bait Allah atau jemaat, bukan organisasi, bukan tempat, bukan atau gedung, apalagi acara atau kebaktian. Di dalam kisah para rasul, khususnya pasal 2 dan 5, ditambah 1 Kor 14:26, kita dapat mengetahui sebuah pola yang diajarkan Alkitab bagaimana seharusnya jemaat berkumpul. Penekanan yang berlebihan kepada pemberitaan Firman Tuhan (fungsi pengajaran), telah mengambil alih pentingnya fungsi persekutuan, pemberitaan Injil, pengenalan hati Allah dan pengutusan, yaitu secara berturut-turut merupakan fungsi dari penggembalaan, penginjilan, kenabian dan kerasulan. Manusia adalah makhluk sosial dan Allah sudah menetapkan bagaimana mempergunakan status manusia tersebut untuk mendewasakan jemaat, yaitu melalui pola persekutuan kecil, dimana gesekan antar anggota jemaat dapat terjadi (besi menajamkan besi). Dimana setiap anggota dapat mempersembahkan sesuatu (berfungsi menurut karunianya). Dimana setiap anggota "dituntut" untuk melakukan fungsi saling, yaitu saling memperhatikan, saling mendorong, saling menasehati, saling mendoakan, saling... saling... saling... (Ibr 10:24-25). Mari kita coba bandingkan dengan kebaktian yang biasa kita hadiri pada hari minggu. Saya menyebutnya dengan istilah 5-D, yaitu Datang, Duduk, Diam, Dengar dan Duit.

KEMBALI PADA FUNGSI YANG BENAR:
1. Dasar pelayanan: Kerasulan dan Kenabian
Efesus 2:20 menyatakan bahwa jemaat dibangun diatas dasar para rasul dan para nabi dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru (lihat training centre bagian profetik dan apostolik). Tentu saja para rasul dan para nabi yang dimaksud di sini bukanlah menunjuk kepada pribadinya (orangnya) melainkan kepada fungsi pelayanannya, yaitu kerasulan dan kenabian. Berdasarkan 1 Kor 3:10-11 kita dapat mengambil kesimpulan bahwa tugas seorang rasul sehubungan dengan Ef 2:20 adalah meletakkan dasar, yaitu Yesus Kristus (pribadi-Nya, tugas-Nya, pelayanan-Nya, dsb), dimana orang lain dapat terus membangun di atasnya. Namun bagi rasul-rasul jaman sekarang, tugasnya bukan lagi meletakkan dasar, tetapi mengembalikan dasar yang pernah diletakkan.


2. Membangun jemaat berdasarkan pelayanan 5 jawatan
Yesus Kristus adalah Rasul (Ibr 3:1), Nabi (Kis 7:37), Penginjil (Luk 4:43), Gembala (Yoh 10:11), dan Guru (Yoh 13:13) Agung kita. Ketika Ia naik ke tempat tinggi, Ia memanggil beberapa orang secara khusus untuk meneruskan pelayanan-pelayanan-Nya (termasuk jabatannya) dengan tujuan MEMPERLENGKAPI jemaat supaya jemaat dapat melaksanakan fungsi pelayanan mereka, yaitu fungsi kerasulan, kenabian, penginjilan, penggembalaan dan pengajaran.

3. Keimamatan setiap orang percaya
Alkitab menyatakan bahwa semua orang percaya adalah imam-imam Perjanjian Baru (1 Pet 2:9, Why 1:6, 5:10). Tugas para imam adalah sebagai perantara antara Allah dengan manusia. Di dalam Perjanjian Lama, tugas-tugas para imam sehubungan sebagai perantara adalah menyelenggarakan kebaktian, mengucapkan berkat, melakukan baptisan, dsb. Tetapi pada hari ini, walaupun Martin Luther sudah memberi pengakuan secara umum bahwa semua orang percaya adalah imam-imam PB, namun di dalam prakteknya, hany para pendetalah yang boleh melakukan baptisan dan pemberkatan. Dengan demikian, gereja (baca: pendeta) telah menjadikan semua orang percaya adalah "imam-imam ban serep" atau "imam-imam cadangan". Sadarilah bahwa ketika Allah mengangkat seseorang menjadi imam, maka Allah akan meminta pertanggung-jawaban atas jabatan imam yang sudah Ia berikan. Celakanya, yang menjadi penghalang utama dari berfungsinya keimamatan setiap orang percaya adalah para pendeta yang mengaku sebagai hamba-hamba Allah. Ironis sekali...

4. Pelayanan berdasarkan panggilan dan karunia Allah
Ketika Allah memanggil kita untuk melakukan sebuah tugas, Ia mengurapi kita dengan kemampuan khusus yang disebut karunia Roh. Sebagaimana seorang direktur yang memberikan tugas kepada salah seorang manajernya untuk melakukan tugas presentasi di kota lain, tentunya ia akan memberikan tiket perjalanan dan sarana akomodasi kepada manajernya. Demikian pula "Sang Direktur" akan memberikan karunia Roh kepada kita sebagai perlengkapan yang kita butuhkan untuk melaksanakan tugas yang Ia perintahkan.

      Berdasarkan kebenaran ini, maka seharusnya tugas gereja (baca: lima jawatan) adalah menemukan panggilan dan karunia setiap orang percaya, untuk kemudian menempatkan (mengutus) mereka sesuai dengan panggilan dan karunia mereka masing-masing.


KEMBALI PADA TUGAS YANG BENAR:
1. Mencari, memperlengkapi dan mengutus
Berdasarkan semua keterangan di atas, jelas bagi saya bahwa tugas utama gereja (jemaat) adalah MENCARI, MEMPERLENGKAPI dan MENGUTUS setiap anggota jemaatnya. Mencari artinya menyelamatkan orang-orang yang terhilang. Memperlengkapi artinya mempersiapkan mereka, yaitu orang-orang yang sudah diselamatkan, dalam segala hal, sehingga mereka siap untuk memenuhi tugas dan panggilan mereka masing-masing. Sedangkan mengutus arti mempercayakan mereka untuk terjun ke dalam "dunia", yaitu untuk mencari lagi yang terhilang.

2. Memberdayakan jemaat (jemaat yang melayani) 
Memberdayakan jemaat - bukan memperdayakan jemaat - artinya mendorong setiap anggota jemaat untuk berpartisipasi di dalam segala macam bentuk pelayanan, khususnya melakukan pelayanan yang sesuai dengan tugas dan panggilan mereka masing-masing.

0 Response to "MISI"

Post a Comment