EDISI CURHAT & KONTEMPLASI
Kasih Untuk Dinikmati & Dilakukan
Hidup hanya sementara tapi kenapa manusia terus menerus dipusingkan dengan masalah kehidupan di bumi...??? Kenapa saya tidak dicintai? Kenapa saya tidak berhasil? Kenapa saya tidak diperhatikan? Kenapa saya disakiti? Kenapa saya jelek? Kenapa saya dilahirkan dalam keluarga miskin? Kenapa...? Kenapa...? Kenapa...?
Sementara yang lain (yang lebih optimis) mempertanyakan: bagaimana caranya meraih kebahagiaan? Bagaimana caranya mengejar mimpi? Bagaimana caranya menjadi orang kaya? Bagaimana caranya supaya cantik/keren? Bagaimana...? Bagaimana...? Bagaimana...?
Sebenarnya apa sih kehidupan itu? Tentu saja dunia bisa memberikan jawaban. Orang beragama, (termasuk Kristen) juga bisa memberikan jawaban, tentunya berdasarkan kitab sucinya masing-2, tetapi benarkah jiwanya (hati & pikirannya) menemukan jawaban dari pencarian hidupnya? Jangan-2 semua jawaban itu cuma kamuflase untuk menenangkan jiwanya...
Tuhan? Ya, hanya Tuhan yang dapat menjawab kegelisahan jiwa manusia. Dia imanuel, Tuhan beserta kita. Itulah kira-kira jawaban kaum spiritual (yang tidak hidup sekedar melakukan praktek agamawi seperti saat teduh, pujian-penyembahan, puasa, pelayanan, dsb) & bertahun-tahun lamanya saya hidup dengan kebenaran ini, baik secara doktrin maupun pengalaman. TETAPI KENAPA SEKARANG HAL ITU TIDAK CUKUP LAGI? Apa yang salah dengan hidup saya? Satu suara menyatakan kemunduran rohani. Suara yang lain mengatakan pencobaan padang gurun, dan suara yang lain lagi menyerukan kepahitan. Tetapi saya tahu bukan semua itu jawabannya.
Ahhh.... Akhirnya saya tahu jawabannya. Tapi saya belum mengalaminya, atau minimal saya belum dapat menyelaminya. Jawabannya adalah KASIH.
Dulu saya hidup dan berjalan dengan Tuhan. Nyatanya saya hidup dalam damai sejahtera & sukacita. Tetapi sekarang saya menyadari bahwa hubungan saya dengan Tuhan hanyalah sebatas egoisme pribadi, yaitu ingin memenuhi jiwa manusia yang kosong (walaupun hal itu tidak sepenuhnya salah). Ternyata, tanpa saya sadari, filosofi jiwa saya adalah: merasakan kasih Tuhan, merasakan damai sejahtera Tuhan, merasakan sukacita Tuhan, merasakan berkat Tuhan, dsb... SEMUANYA untuk JIWAKU.
Tuhan adalah kasih. Ketika Tuhan menyertai kita, itu artinya kasih hidup di dalam kita, bukan hanya untuk dinikmati saja, melainkan untuk dihidupi (dengan catatan bukan karena terpaksa atau doktrin).
Ada pepatah yang mengatakan "cinta itu kadang menyakitkan", makanya ada yang berpendapat jangan terlalu mencintai seseorang supaya tidak terluka terlalu dalam. Dulu saya berpikir ada benarnya juga, tetapi ternyata saya salah. Ketika manusia menolak rasa sakit, maka manusia berhenti mengenal kasih.
Kenapa sih cinta itu menyakitkan? Karena cinta itu nyata (love is real). Cinta yg sejati dibuktikan dengan rasa sakit. Bila rasa sakit itu tidak ada, maka itu bukan cinta. Ketika kita kehilangan seseorang yang kita kasihi (meninggal atau selingkuh umpamanya), rasanya sangat menyakitkan. Namun berbeda ketika kita kehilangan orang yang tidak kita kasihi, rasanya biasa saja bukan?
Yohanes 3:16
"Karena begitu besar KASIH Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah MENGARUNIAKAN Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Ketika Bapa menyerahkan Anak-Nya utk menerima kita, apakah Dia tidak merasakan sakit? Bayangkan, Dia memberi yang terbaik sementara menerima yang terburuk. Percayalah, itu rasa SAKIT yang luar biasa... tapi itulah KASIH yang SEMPURNA. Sama seperti iman hanya bisa dibuktikan melalui perbuatan, demikian juga kasih hanya bisa dibuktikan melalui rasa sakit (baca: pengorbanan & penerimaan).
Rupanya, tidak selamanya menikmati Tuhan itu cukup, nyatanya hal itu hanya satu tingkatan iman, tingkatan lainnya adlh menyatakan kasih, yaitu menerima orang lain yang menyakiti kita. Ketika kita menutup diri atau melarikan diri dari mengasihi manusia (menolak rasa sakit dari manusia lain) sesungguhnya kita sedang MENJAUHI Tuhan, sebab Tuhan adalah kasih itu sendiri.
Hai jiwaku... Selamat menerima rasa sakit, sebab hal itu berarti engkau sedang menerima Tuhan secara utuh (bukan cuma enaknya doang). Hari ini belum sanggup, besok belum sanggup, minggu depan belum sanggup, mungkin bulan depan, mungkin tahun depan, tapi percayalah suatu hari engkau pasti sanggup, sebab Tuhan menyertai engkau, amin. Halleluyah, Gbu all...
0 Response to "EDISI CURHAT & KONTEMPLASI"
Post a Comment