KESELAMATAN DI DALAM KRISTUS
KESELAMATAN
DI DALAM KRISTUS
Quote 1 = “Keselamatan bukanlah bicara soal masuk sorga melainkan beroleh
hidup.
Sorga adalah bonus bagi orang-orang yang beroleh hidup."
Sorga adalah bonus bagi orang-orang yang beroleh hidup."
Quote 2 = “Sorga hanyalah tempat mewah yang membosankan tanpa
kehadiran Kristus.”
(Efesus 2:1-10)
PENDAHULUAN
Sewaktu saya
kecil, saya sering mendengar orang-orang Kristen menyanyikan sebuah lagu yang
berkata, “Kemurahan-Mu lebih dari hidup…”. Dahulu saya tidak mengerti apa yang
dimaksud dengan kemurahan Allah yang lebih dari hidup, namun sekarang saya
mengerti. Sesungguhnya, DI DALAM KRISTUS, segala sesuatu adalah kemurahan, baik
kehidupan pada masa kini, maupun untuk hidup yang akan datang. Kuncinya
terletak pada kata “Di dalam Kristus”, sebab di dalam nama itulah kita dapat
mengerti apa yang dimaksud dengan “Kemurahan-Mu lebih dari hidup…”.
Mengapa perlu doktrin keselamatan?
Mungkin diantara
saudara ada yang mempertanyakan tentang pentingnya mengetahui doktrin
keselamatan. Bukankah mengalami hakekat keselamatan jauh lebih penting daripada
mengetahui doktrinnya? Saya memahami kegusaran hati saudara karena saya pernah
berada di posisi saudara, tetapi ijinkan saya menjelaskan sesuatu kepada
saudara. Walaupun doktrin keselamatan tidak dapat dipergunakan sebagai jaminan
atas keselamatan itu sendiri, namun setidaknya kita harus mempelajarinya dengan
dua alasan berikut ini: Pertama, supaya kita dapat mempertanggung-jawabkan
keyakinan kita sendiri kepada orang lain – maksudnya dalam rangka pemberitaan
injil, yaitu menjelaskan tentang dasar keselamatan di dalam Yesus Kristus, atau
bisa juga dalam rangka berapologetika, yaitu membela kebenaran Kristen
berdasarkan akal budi. Kedua, supaya kita lebih menghargai seberapa besar nilai
keselamatan yang telah kita peroleh di dalam Kristus (karena ternyata harganya
mahal sekali).
Bagaimana ajaran Kristen mengenai keselamatan?
Untuk dapat menjawab
pertanyaan ini, marilah kita kembali kepada teks kita yang semula, yaitu Efesus
2:1-10 di mana dari ayat-ayat ini kita dapat mengambil 3 buah point penting
sehubungan dengan doktrin keselamatan. Ketiga point yang dimaksud adalah MENYADARI: Siapa kita dahulu? Siapa
kita sekarang? Dan bagaimana kita nanti?
Yang terutama di sini
adalah memahami makna dibalik kata “menyadari”, sebab menyadari memiliki
tingkatan yang jauh lebih tinggi daripada sekedar mengetahui atau mengerti.
Mengetahui adalah urusan telinga, yaitu karena kita pernah mendengar sehingga
kita tahu akan sesuatu. Mengerti adalah urusan akal budi, yaitu karena
seseorang pernah menjelaskan sehingga kita memahami apa yang dimaksud. Tetapi
menyadari adalah urusan penyingkapan diri, yaitu mengalami suatu pencerahan atau
perubahan di dalam pikiran kita (metanoia), di mana dalam hal keselamatan,
hanya Roh Kudus yang sanggup membukakan selubung pengertian kita (2 Kor
3:14-17).
Tugas saya sebagai
seorang pengajar adalah mengajar orang lain supaya mereka dapat mencapai
tingkat pengertian, tetapi saya berdoa agar Roh Kudus membawa kita semua sampai
kepada tingkat menyadari, yaitu memahami & mengalami nilai kebenaran yang
sesungguhnya tentang keselamatan kita di dalam Kristus Yesus.
Mungkin ilustrasi
berikut ini dapat menjelaskan akan pentingnya kita semua mencapai tingkat
menyadari. Hanya orang yang sadar
bahwa dirinya sakit yang akan pergi berobat. Orang-orang yang merasa
dirinya sehat – padahal sedang sakit – tidak akan membutuhkan pertolongan
dokter, sebab mereka tidak merasa perlu untuk berobat. Prinsip yang sama
berlaku pula untuk keselamatan. Hanya orang-orang yang menyadari siapa status
mereka di hadapan Allah – yaitu orang-orang berdosa – yang akan pergi menemui
“dokter” Yesus Kristus, untuk menerima “pengobatan”, yaitu pengampunan dosa.
SIAPA KITA DAHULU =
KEMATIAN ROHANI
Rasul Paulus
berkata bahwa kita semua (tanpa kecuali) adalah orang-orang yang sudah mati.
Kenapa kita mati? Karena kita hidup di dalam pelanggaran-pelanggaran dan
dosa-dosa kita, yaitu mengikuti jalan dunia ini dan taat kepada penguasa
kerajaan angkasa (roh jahat). Pada dasarnya kita semua adalah orang-orang yang
harus dimurkai karena kita semua hidup di dalam hawa nafsu daging, serta
menuruti kehendak daging dan pikiran kita yang jahat (ay 1-3).
Kapan saya mati, bukankah saya masih hidup?
Ketika Allah
menciptakan Adam dan Hawa di taman Eden, Ia berkata bahwa semua buah yang ada
di dalam taman itu boleh mereka makan kecuali buah pengetahuan yang baik dan
yang jahat, sebab pada hari mereka memakannya, pastilah mereka akan mati (Kej
2:16-17).
Tentunya kita semua tahu apa yang terjadi. Adam dan Hawa melanggar perintah Allah dan memakan buah yang tidak boleh mereka makan. Pertanyaannya adalah apakah Adam dan Hawa mati? Jawabannya: YA, Adam dan Hawa mengalami kematian – sebab bila tidak, Allah adalah pembohong – namun bukan secara jasmani, melainkan secara rohani.
Jadi, kematian
yang dimaksud oleh rasul Paulus di sini bukanlah kematian secara jasmani,
melainkan kematian yang sama dengan kematian yang dialami Adam dan Hawa, yaitu
kematian secara rohani. Demikianlah kita semua adalah zombi-zombi yang
berkeliaran di muka bumi, yaitu manusia-manusia yang masih hidup (secara
jasmani) namun sesungguhnya orang-orang yang sudah mati (secara rohani).
Roma 3:23
berkata, “Karena semua orang telah
berbuat dosa dan telah kehilangan KEMULIAAN Allah”. Kata “kemuliaan” yang terdapat di sini
berasal dari bahasa Yunani “Doxa”, yang menurut kamus Thayer (Yunani-Inggris),
artinya adalah “1) splendour
brightness of the moon, sun, stars, 2) a thing belonging to God, 3) a most
glorious condition, most exalted state.”
Jadi, inilah yang dimaksud dengan kematian
secara rohani, yaitu hilangnya kemuliaan Allah dari diri manusia, sehingga
manusia tidak lagi memiliki kuasa atas segala sesuatu yang diciptakan Allah.
Jikalau manusia kehilangan hidup oleh karena perbuatan (dosa), maka Allah memberikan kesempatan kepada semua manusia untuk menyelamatkan dirinya berdasarkan perbuatan. Sangat adil bukan? Pertama, adil karena semua manusia memiliki kesempatan yang sama, tidak peduli agama apapun dia. Kedua, adil karena apabila manusia kehilangan hidup berdasarkan perbuatan, maka kini mereka memiliki peluang untuk memperoleh hidup juga berdasarkan perbuatan.
Buah yang
dimakan oleh Adam dan Hawa adalah buah pengetahuan yang baik dan yang jahat,
dimana buah tersebut merupakan perlambang dari hukum Taurat (sedangkan buah
dari pohon kehidupan adalah perlambang dari Yesus Kristus yang berkata “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup”). Ketika mereka memakannya, hati mereka menjadi terbuka dan tahu mana yang baik dan mana yang jahat. Sejak saat itu, hati nurani manusia berfungsi sebagai hukum Taurat bagi dirinya
sendiri (Roma 2:12-16). Di kemudian hari, Allah memberikan pengetahuan tentang
yang baik dan jahat secara tertulis (hukum Taurat) kepada bangsa Israel, dimana
bangsa-bangsa non-Yahudi yang tidak memiliki hukum Taurat, akan dihakimi
berdasarkan hati nurani, yang berfungsi sebagai hukum Taurat bagi diri mereka
sendiri.
Hukum Taurat
menegaskan tentang keselamatan melalui perbuatan di dalam kitab Imamat 18:5
yang berkata: “Sesungguhnya kamu
harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya,
akan hidup karenanya; Akulah TUHAN”. Ayat ini kemudian dikutip oleh rasul
Paulus ketika beliau menjelaskan tentang penggenapan hukum Taurat oleh Yesus
Kristus dalam rangka memberikan hidup bagi orang yang percaya kepada-Nya (Roma 10:4-5).
Sayang sekali
bahwa hukum Taurat yang seyogyanya dapat membawa kita kepada hidup, justru
membawa kita lebih dekat kepada kematian. Rasul Paulus menegaskan bahwa
perintah yang seharusnya membawa kita kepada kehidupan, nyatanya justru membawa
kita kepada kematian. Sebab tanpa hukum Taurat, kita tidak tahu apa itu
keinginan. Tetapi karena hukum Taurat – yang berkata “jangan mengingini” – maka
kita mengetahui bahwa mengingini adalah dosa (Roma 7:7-12) dan berdasarkan ayat
ini, maka status kita akan menjadi seorang pendosa ketika kita mengingini milik
orang lain.
Jadi, SECARA
TEORI, ada jalan keselamatan yang disediakan Allah bagi seluruh umat
manusia, yaitu berdasarkan hukum Taurat, dimana hukum tersebut dilandaskan atas
asas perbuatan. Tetapi SECARA PRAKTEK, tidak ada seorangpun yang
dapat diselamatkan karena melakukan perbuatan baik, sebab walaupun hukum Taurat
bersifat rohani, tetapi kita semua sudah terjual oleh kuasa dosa, yang nyatanya
telah membuat kita melakukan apa yang tidak ingin kita lakukan (Roma 7:13-15),
yaitu yang jahat, sehingga pada akhirnya, tidak ada seorangpun yang mampu
melakukan kebenaran hukum Taurat (Gal 2:16), kecuali manusia Yesus Kritus yang
akan dijelaskan pada bagian siapa kita sekarang.
SIAPA KITA SEKARANG =
KESELAMATAN DI DALAM KRISTUS
Rasul Paulus
berkata bahwa oleh karena rahmat dan kasih Allah yang besar, yang
dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita kembali bersama-sama
dengan Kristus, walaupun kita semua sudah mati oleh kesalahan-kesalahan kita, oleh
kasih karunia kita diselamatkan (ay
4-5).
Senang sekali
rasanya ketika mendengar bahwa di dalam Kristus ada jalan yang terbuka bagi
kita semua untuk memperoleh kehidupan. Tetapi sadarkah kita, hal apa yang
sesungguhnya Kristus telah perbuat dalam hidup kita sehingga kita beroleh hidup
yang kekal?
Alkitab penuh dengan perjanjian antara Allah dengan manusia. Kita tidak perlu heran dengan hal ini karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang mengikatkan diri-Nya dengan perjanjian. Sebut saja mulai dari perjanjian Nuh (Kej 9:1-17), Abraham (Kej 15:1-21), bangsa Israel (Kel 24:1-11) yaitu berdasarkan hukum Taurat (Ibr 9:19-20), sampai kepada perjanjian Kristus (Ibr 9:11-28). Itulah sebabnya Alkitab kita disebut sebagai Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Allah tetap setia
terhadap perjanjian-Nya
Alkitab menyatakan bahwa walaupun kita sebagai manusia
tidak setia terhadap perjanjian yang pertama (hukum Taurat), Allah tetap setia
terhadap perjanjian-Nya (2 Tim 2:13). Dia adalah Allah yang menyatakan – di
dalam hukum Taurat – bahwa tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan
(Ibr 9:22). Dia juga adalah Allah yang memerintahkan kepada para imam besar
agar mereka masuk ke dalam ruang maha kudus sekali setahun demi mengadakan
pendamaian bagi bangsa Israel (Ibr 9:6-7). Demikian pula Dia adalah Allah
yang menyatakan bahwa melanggar satu bagian dari hukum Taurat adalah sama
artinya dengan melanggar keseluruhan hukum Taurat (Yak 2:10). Oleh sebab itu,
ketika manusia gagal di dalam melaksanakan hukum Taurat, Allah mengutus
Anak-Nya yang tunggal (Roma 8:3-4), yaitu Yesus Kristus, untuk menjadi Anak
Domba Paskah yang ditumpahkan darah-Nya bagi pengampunan dosa (1 Kor 5:7), menjadi
Imam Besar Agung yang masuk ke dalam takhta Allah demi mengadakan pendamaian
bagi umat-Nya (Ibr 9:23-25), dan menjadi manusia yang hidup tanpa dosa
(sehingga dikatakan Ia telah menggenapi seluruh perintah hukum Taurat),
sekaligus menjadi korban yang tidak bercacat-cela (Ibr 9:12-14)..
Bagaimana saya
diselamatkan di dalam Perjanjian Baru?
Dasar peradilan
Allah tidak pernah berubah, yaitu manusia akan dihakimi berdasarkan perbuatannya
(1 Pet 1:17, Why 20:12-13) dimana dasar hukum yang dipergunakan di sini adalah
hukum perbuatan baik dan jahat (hukum Taurat atau hati nurani). Tetapi
Perjanjian Baru menyatakan bahwa siapa saja yang percaya kepada Yesus Kristus
tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Manakah yang benar?
Kedua-duanya benar, yakni Allah mempergunakan perjanjian yang kedua (PB) untuk
menggenapi jalan keselamatan menurut perjanjian yang pertama (hukum Taurat),
yaitu melalui prinsip perwakilan.
Seandainya saya seorang direktur yang akan menandatangani sebuah perjanjian bisnis, namun pada waktu yang telah ditentukan saya berhalangan hadir, maka saya akan mengirimkan seorang utusan – yang saya percayai – sebagai perwakilan di hadapan notaris, tentunya dengan membawa surat kuasa yang ditanda-tangani di atas meterai, dimana isi dari surat kuasa tersebut menjamin bahwa utusan yang saya kirimkan adalah perwakilan yang sah untuk bertindak di atas nama saya, sehingga apapun yang dilakukan olehnya, di mata hukum, sayalah yang seolah-olah telah melakukannya.
Prinsip yang sama berlaku juga dalam hal keselamatan.
Ketika kita tidak dapat menepati perjanjian kita dengan Allah (berhalangan
hadir), maka kita harus mempercayakan nasib kita kepada seorang utusan – yang
kita percayai yaitu Yesus Kristus – yang dapat bertindak sebagai perwakilan
kita di hadapan Allah, dengan mempergunakan perjanjian baru (surat kuasa) yang
dimeteraikan oleh darah Kristus (1 Kor 11:25). Pada waktu penghakiman terakhir
tiba, yaitu ketika kita akan dihakimi berdasarkan perbuatan, maka di hadapan
Allah, kita dianggap telah melakukan seluruh kebenaran hukum Taurat, sebab
utusan yang kita percayakan untuk bertindak atas nama kita, telah mewakili kita
sebagai manusia yang telah menggenapi seluruh perintah hukum Taurat. Hal ini
sekaligus menegaskan kepada kita mengapa Yesus harus datang ke dunia sebagai
seorang manusia.
Jadi, inilah yang dimaksud dengan Perjanjian Baru
menggenapi konsep keselamatan yang dituntut dalam Perjanjian Lama, yaitu siapa
saja yang percaya kepada Kristus, telah menjadikan Dia sebagai perwakilan untuk
melakukan seluruh kebenaran hukum Taurat, sehingga kita dapat dibenarkan – karena
dianggap telah menggenapi seluruh perintah Taurat secara sempurna.
Bagaimana proses saya
menjadi hidup di dalam Perjanjian Baru?
1.
Ditebus.
Hidup
kita ditebus dengan darah Kristus (1 Pet 1:18-19), yaitu dibeli atau dibayar
dari cara hidup kita yang lama (hamba dosa), menjadi hamba Allah (1 Kor
7:22-23).
2.
Disucikan.
Segala
dosa kita diampuni karena penumpahan darah Yesus sebagai korban penebus dosa,
yang dikerjakan oleh Roh Kudus (1 Kor 6:11, 1 Pet 1:2).
3.
Dibenarkan.
Karena
iman kepada Yesus Kristus, yang telah menyucikan dosa-dosa kita, maka status
kita diubahkan menjadi orang benar karena kesalahan-kesalahan kita sudah tidak
diperhitungkan lagi (Roma 4:5-8).
4.
Dilahirkan sebagai anak.
Yaitu
melalui proses kelahiran baru (Yoh 3:3-8), sehingga kita menjadi ahli waris
bersama-sama dengan Kristus (Roma 8:15-17).
Apa yang dimaksud dengan
Kelahiran Baru?
Yohanes 3:5-6 berkata, “Jawab Yesus: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan
Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan
apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.”
Ketika seekor kucing melahirkan anak kucing, itulah yang dimaksud daging melahirkan daging. Demikian pula ketika orang tua kita melahirkan kita ke dunia, itulah yang dimaksud daging melahirkan daging. Tetapi ketika Roh Allah “melahirkan” roh kita, maka itulah yang dimaksud “Roh melahirkan roh”.
Ketika seekor kucing melahirkan anak kucing, itulah yang dimaksud daging melahirkan daging. Demikian pula ketika orang tua kita melahirkan kita ke dunia, itulah yang dimaksud daging melahirkan daging. Tetapi ketika Roh Allah “melahirkan” roh kita, maka itulah yang dimaksud “Roh melahirkan roh”.
Sementara itu, Roma 8:15-17 berkata, “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang
membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang
menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba,
ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah
anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli
waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji
Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus,
yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga
dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Jadi, yang
dimaksud dengan istilah anak Allah di sini, bukanlah sekedar ilustrasi yang
menggambarkan kedekatan hubungan kita dengan Allah, melainkan secara real,
yaitu kita menjadi anak Allah secara roh, sebagaimana kita menjadi anak orang
tua kita secara daging. Hal ini penting sebab kepada siapa lagi seorang Raja
akan mewariskan kerajaan-Nya jikalau bukan kepada anak-anak-Nya.
Alkitab berkata bahwa ketika kita percaya kepada Kristus, Allah akan mengaruniakan Roh Kudus-Nya kepada kita, yaitu Pribadi yang telah melahir-barukan kita menjadi anak-anak (bayi-bayi) Allah, dimana anak bayi adalah perlambang yang sempurna untuk menggambarkan suatu kehidupan yang baru. Ketika hal itu terjadi, kemuliaan Allah (doxa), yaitu bagian dari diri Allah yang telah hilang dari manusia (kematian rohani), telah kembali ke dalam diri manusia, sehingga kini manusia menjadi hidup kembali.
Keselamatan bukan
sekedar masuk sorga melainkan beroleh hidup
Sudah terlalu lama orang
Kristen dinina-bobokan dengan reklame “percaya Yesus masuk sorga” sehingga
konsep keselamatan yang mereka pahami adalah MASUK SORGA. Keselamatan yang
Allah tawarkan melalui kematian Yesus Kristus bukan sekedar masuk sorga, melainkan
BEROLEH HIDUP.
Ketika
manusia jatuh ke dalam dosa, mereka mengalami kematian secara rohani, tetapi
ketika mereka percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat, mereka menerima
kembali KEHIDUPAN. Sorga cuma bonus bagi mereka yang beroleh hidup, bukan inti
dari keselamatan itu sendiri. Perhatikan ayat berikut ini baik-baik (juga semua
ayat lain mengenai keselamatan), “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh HIDUP yang kekal.” (Yoh 3:16).
Sayang sekali bahwa tubuh jasmani yang kita pakai
pada saat ini adalah tubuh yang sudah dicemari oleh dosa, sehingga cahaya terang
Allah, yang berasal dari kemuliaan-Nya, tidak dapat terpancar keluar
sebagaimana cahaya kemuliaan Allah menutupi tubuh telanjang Adam dan Hawa
(bandingkan dengan cahaya kemuliaan Musa yang bersifat sementara – 2 Kor
3:6-7). Tetapi akan tiba waktunya, yaitu pada waktu kedatangan Kristus yang
kedua kali, tubuh kita akan diubahkan dalam sekejab mata dengan tubuh kemuliaan
yang merupakan tempat paling ideal bagi kediaman Roh Allah yang kudus (Flp
3:20-21, 1 Kor 15:51-52). Pada saat itulah, cahaya kemuliaan Allah akan kembali
menyelimuti tubuh manusia.
SIAPA KITA NANTI =
KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN
Rasul Paulus
berkata bahwa oleh iman kepada Yesus Kristus, Allah telah menghidupkan kita
kembali bersama-sama dengan Kristus, dimana kehidupan itu sendiri merupakan
anugerah keselamatan yang tidak dapat diusahakan, melainkan pemberian Allah. Di
dalam anugerah tersebut, Allah telah membangkitkan kita dari kematian dan
menyediakan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga (Ef 2:5-8).
Seandainya kita
membaca kitab Wahyu, khususnya pasal 21, maka kita akan menemukan bahwa sorga,
yaitu Yerusalem Baru, kota yang kudus dari Allah, adalah sebuah tempat yang
sangat indah. Temboknya terbuat dari permata yaspis. Lantainya dari emas murni
bagaikan kaca bening. Dasar-dasar temboknya dihiasi dengan 12 macam batu
permata dan kedua belas pintu gerbangnya terdiri atas 12 mutiara, yakni satu
mutiara untuk setiap pintu gerbang (Why 21:9-21). Luar biasa bukan….?
Tetapi yakinlah
bahwa sekiranya saudara tinggal di sana sekarang, dalam kurun waktu kurang dari
12 bulan, saudara akan menjadi bosan dengan segala kemewahan yang disediakan di
sana. Pernahkah saudara bertanya di dalam hati, apa bedanya sorga dengan rumah
mewah para konglomerat? Mungkin satu-satunya perbedaan yang dapat disebutkan
adalah tingkat kemewahannya. Lalu apa kelebihan sorga daripada rumah mewah para konglomerat? Jawabannya: KEHADIRAN Kristus dan Allah.
Sorga yang
sesungguhnya bukanlah berbicara mengenai tempat sebagaimana yang diajarkan oleh
banyak agama di dunia (walaupun tempat itu memang ada), melainkan tentang
persekutuan kita dengan Allah, yaitu Sang Sumber Kehidupan. Sorga tanpa
kehadiran Allah adalah sama halnya seperti rumah mewah yang indah namun membosankan.
Sorga bukanlah sorga tanpa kehadiran Kristus dan Allah.
Suatu kali Yesus pernah berkata kepada salah seorang
penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia: “sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada BERSAMA-SAMA DENGAN AKU DI
FIRDAUS.” (Luk 23:43). Yang penting bukan firdausnya, melainkan
bersama-sama dengan Kristus.
Demikian pula Yesus pernah berkata kepada
murid-murid-Nya, “Di rumah Bapa-Ku banyak
tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu aku mengatakannya kepadamu. Sebab
Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila aku telah pergi
ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu. Aku akan datang kembali dan
membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana AKU BERADA, KAMU PUN BERADA.”
(Yoh 14:2-3).
Memang, sorga
yang dimaksud oleh rasul Paulus di sini berbicara mengenai tempat, yaitu
Yerusalem Baru. Namun sekali lagi, sorga bukanlah sorga tanpa kehadiran Kristus.
Kebenaran ini didukung oleh rasul Paulus sendiri sebagaimana yang tertera di
dalam ayat selanjutnya: “bersama-sama dengan Dia di sorga” (Ef 2:6).
PENUTUP
Kembali kepada
pernyataan saya di bagian pendahuluan, “DI DALAM KRISTUS segala sesuatu adalah
kemurahan”, yaitu kemurahan yang lebih daripada hidup. Bukankah Kristus adalah
Kehidupan dan sumber dari kehidupan? Demikian pula setelah kita mempelajari
tentang doktrin keselamatan di dalam Kristus, masihkah kita mau berkata bahwa
mempelajari doktrin keselamatan tidak ada gunanya? Hanya orang-orang yang
menyadari dengan benar apa yang sesungguhnya telah Kristus lakukan di dalam
hidup kita (mewakili kita melakukan Taurat) yang dapat menyanyikan lagu ini
dengan sepenuh hati, “Kemurahan-Mu lebih dari hidup…”, Amin.
0 Response to "KESELAMATAN DI DALAM KRISTUS"
Post a Comment