Kembali ke Alkitab yang sebenar-benarnya (Truly back to the Bible)

KELAHIRAN BARU

KELAHIRAN BARU

"Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi.  Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."

(Yohanes 3:1-8)

 

PENDAHULUAN

        Pada suatu malam, seorang Farisi yang bernama Nikodemus, yaitu salah satu dari anggota Sanhedrin (mahkamah agama), yang sering disebut-sebut sebagai pemimpin agama Yahudi atau para pengajar Israel (ay 10), datang kepada Yesus dengan suatu pernyataan yang sangat mengejutkan. Ia menyatakan bahwa Yesus adalah guru yang diutus Allah, yakni berdasarkan tanda-tanda ajaib yang menyertai pelayanan Yesus.

        Sudah menjadi pengetahuan umum bagi orang Israel pada waktu itu bahwa Allah hanya mendengarkan orang-orang yang saleh dan melakukan kehendak-Nya (Yoh 9:30-33). Oleh sebab itu, ketika Yesus melakukan banyak mujizat dan tanda-tanda ajaib, pilihan bagi orang-orang Farisi adalah: Pertama, menutup hati dan mengabaikan segala fakta yang terjadi – merupakan salah satu bentuk pengabaian yang juga banyak dilakukan oleh orang Kristen ketika mereka diperhadapkan dengan fakta yang tidak sejalan dengan doktrin yang mereka yakini. Kedua, tetap berpegang kepada doktrin yang mereka yakini dan menuduh Yesus mendapatkan kuasa dari roh jahat yang disebut Beelzebul (Mat 12:22-24). Ketiga, membuka hati dan melakukan pemeriksaan terhadap apa yang sedang terjadi sebelum akhirnya mengambil suatu keputusan atau tindakan. Rupanya Nikodemus mengambil pilihan yang terakhir. Ia membuka hatinya sambil melakukan konfirmasi, dimana dalam hal ini Nikodemus mendatangi Tuhan Yesus secara langsung.

        Perhatikan bahwa Nikodemus datang kepada Yesus bukan untuk mengajukan serangkaian pertanyaan perihal Hukum Taurat atau Kitab Para Nabi menurut pandangan Tuhan Yesus, melainkan memberikan suatu pernyataan iman bahwa Yesus adalah guru yang diutus Allah. Salah satu pelajaran penting yang harus kita cermati di sini adalah respon Tuhan Yesus terhadap pernyataan Nikodemus. Ia sama sekali tidak menyinggung soal apa yang menjadi perhatian Nikodemus, – yang kira-kira berkata seperti ini: “Apa kata-Mu tentang Diri-Mu sendiri apabila aku berkata bahwa Engkau adalah guru yang diutus Allah?” – melainkan memberikan suatu pengajaran super dalam mengenai kelahiran kembali yang tidak mungkin dapat dicerna oleh akal pikiran seorang ahli Taurat sekalipun. Pertanyaannya bagi kita adalah: Apakah Tuhan Yesus mengetahui keadaan hati Nikodemus yang percaya kepada-Nya? Entahlah, Alkitab tidak memberikan keterangan apa-apa mengenai hal itu, namun saya sampai kepada suatu kesimpulan yang lebih penting: Hati yang terbuka dan rasa lapar akan kebenaran adalah “persyaratan” yang dibutuhkan bagi suatu kelahiran kembali (Kis 16:14).

 

Pernyataan Yesus mengenai Kelahiran Kembali

       Yesus berkata: “sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (ay 3), dan setelah Ia mendapatkan sebuah pertanyaan dari Nikodemus sehubungan dengan perkataan-Nya tersebut, Ia memberikan penegasan yang sangat penting, “sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (ay 5).

        Dari sini kita dapat mengambil 2 buah kesimpulan penting: Pertama, kelahiran kembali adalah syarat mutlak bagi semua orang yang ingin masuk ke dalam Kerajaan Allah. Kedua, kelahiran kembali sudah pasti berhubungan secara langsung dengan keselamatan dan iman kepada Yesus Kristus, sebab masih di dalam percakapan yang sama antara Yesus dengan Nikodemus, Yesus memberikan sebuah penegasan bahwa barangsiapa percaya kepada Anak Allah, mereka tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16).

 

Mengapa menggunakan istilah “Kelahiran Kembali” bukan “Kelahiran Baru”?

        Alkitab Perjanjian Baru sama sekali tidak pernah menggunakan istilah “lahir baru”, tetapi selalu mempergunakan istilah “lahir kembali” (Yoh 3:3, Tit 3:5, 1 Pet 1:3), mengapa? Karena bahasa Yunani “ano-then” menurut kamus Strong memiliki arti “from above, again, from the beginning (very first), the top”. Berdasarkan keterangan ini, masih lebih tepat apabila diterjemahkan “dilahirkan dari atas” ketimbang “dilahirkan baru”. Sebab biar-bagaimanapun juga, air atau Roh selalu dicurahkan dari atas. Namun, melihat kepada konteks pembicaraan antara Tuhan Yesus dengan Nikodemus yang mengarah kepada proses persalinan, maka terjemahan Alkitab bahasa Indonesia (“dilahirkan kembali”) dan King James Version (“be born again”) sudah sangat tepat ketimbang International Standard Version yang menterjemahkannya “is born from above” (dilahirkan dari atas), yang walaupun secara doktrin lebih mengena, namun tidak tepat secara tata bahasa. Akan tetapi, mengingat bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus dikatakan sebagai “ciptaan yang baru”, maka saya kira istilah “lahir baru” sah-sah saja untuk dipergunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Adapun alasan mengapa saya mempergunakan istilah “kelahiran baru” sebagai judul materi ini, hal itu disebabkan karena pertimbangan bahwa istilah “lahir baru” sudah jauh lebih dikenal (selain lebih enak didengar) oleh kebanyakan orang Kristen.


APA YANG DIMAKSUD KELAHIRAN KEMBALI?

        Di dalam surat Efesus 2:1-3, rasul Paulus menjelaskan bahwa semua orang yang hidup adalah orang-orang yang sudah mati, yaitu mati secara rohani di mana kematian yang dimaksud di sini adalah hilangnya kemuliaan Allah (Roma 3:23) – yakni bagian dari diri Allah – dari kehidupan manusia (penjelasan lebih lengkap silahkan baca training center bagian keselamatan).

        Ketika kita percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, Alkitab menyatakan bahwa Allah akan mengaruniakan Roh Kudus kepadanya. Pada saat hal itu terjadi, kemuliaan Allah yang merupakan bagian dari Roh Kudus, dikembalikan ke dalam roh kita, sehingga roh kita yang semula sudah mati menjadi hidup kembali. Proses inilah yang disebut dengan kelahiran kembali.

 

Apa maksudnya daging melahirkan daging, Roh melahirkan roh?

    

Ketika seekor kucing melahirkan anak kucing, itulah yang dimaksud dengan daging melahirkan daging. Demikian pula ketika orang tua kita melahirkan kita ke dunia, itulah yang dimaksud daging melahirkan daging. Tetapi ketika Roh Allah “melahirkan” roh kita, maka itulah yang dimaksud dengan “Roh melahirkan roh”.

        Mengenai hal ini, rasul Paulus di dalam surat Roma 8:15-17 menjelaskan, “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

        Jadi, yang dimaksud dengan istilah anak Allah di sini, bukanlah sekedar ilustrasi yang menggambarkan kedekatan hubungan kita dengan Allah, melainkan secara real, yaitu kita menjadi anak Allah secara roh, sebagaimana kita menjadi anak orang tua kita secara daging. Hal ini penting sebab kepada siapa lagi seorang Raja akan mewariskan kerajaan-Nya jikalau bukan kepada anak-anak-Nya.


KELAHIRAN KEMBALI ADALAH PEKERJAAN ROH KUDUS

      

 Yesus berkata, “… jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yoh 3:5). Perhatikan bahwa di sini Tuhan Yesus mempergunakan kata kerja pasif, yaitu “dilahirkan” (KJV = “Be born”), yang menandakan bahwa proses kelahiran kembali adalah suatu proses yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yaitu bagian dari baptisan Roh Kudus, yang dilambangkan dengan baptisan air, di mana keduanya melambangkan proses penyucian yang Allah kerjakan di dalam diri setiap orang yang percaya.

        Mungkin diantara saudara ada yang tidak setuju dengan penafsiran di atas, tetapi surat Titus 3:5 secara tegas menyatakan hubungan antara keselamatan dengan kelahiran kembali, baptisan air dan penyucian oleh Roh Kudus dengan mengatakan, “pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus di mana permandian yang dimaksud di sini mengacu kepada upacara pentahiran (penyucian) di dalam Perjanjian Lama (Bil 19:1-22), yang tidak lain adalah perlambang dari pekerjaan Roh Kudus (air merupakan perlambang Roh Kudus, lihat Yoh 7:37-39) yang menyucikan, memperbaharui dan melahir-barukan semua orang yang percaya kepada Yesus.

        Pertanyaannya sekarang, apa yang Roh Kudus kerjakan di dalam kehidupan setiap orang percaya sehingga mereka mengalami kelahiran kembali? Setidak-tidaknya, ada 3 proses yang Roh Kudus kerjakan:

Proses #1: Roh Kudus menyadarkan status kita dihadapan Allah

Yoh 16:8-11 berkata, “Dan kalau Ia (Roh Kudus) datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan  kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.”

Kata “menginsafkan” yang dipergunakan di sini berasal dari bahasa Yunani “Elegchō” yang artinya menurut kamus Strong adalah “convict, convince, tell a fault, rebuke, reprove.” Mungkin ilustrasi seorang hakim yang mengetukkan palunya sambil berkata “kamu terbukti bersalah dengan hukuman penjara sekian tahun…” adalah gambaran yang sangat tepat. Ketika Roh Kudus datang, Ia akan menyadarkan status dan keberadaan kita di hadapan Allah – bagaikan seorang hakim yang menyadarkan status orang terhukum – yaitu orang-orang yang telah melanggar hukum Allah (berdosa), dimana hukumannya adalah api neraka yang kekal.

 

Proses #2: Roh Kudus menyadarkan siapa Yesus

        Dalam keadaan seperti itu, yaitu menyadari betapa jahat, kotor, najis dan berdosanya kita di hadapan Allah, Roh Kudus mengarahkan kita untuk melihat kepada sosok Yesus. Mungkin sudah ribuan kali kita mendengar tentang Yesus sebagai juruselamat, tetapi pada momen yang satu itu, kita melihat kepada Yesus sebagai pribadi yang berbeda. Sadar atau tidak sadar, mungkin hati kita akan berkata, “Dialah yang kubutuhkan sebagai penolong…”, yakni satu-satunya pribadi yang kita perlukan sebagai juruselamat – padahal kita sudah mendengarnya ribuan kali.

 

Proses #3: Roh Kudus mengerjakan Iman

         Rasul Paulus menjelaskan bahwa “iman timbul dari pendengaran, pendengaran akan firman (rhema) Kristus” (Roma 10:17). Perhatikan bahwa kata yang dipergunakan di sini adalah RHEMA (perkataan yang diucapkan), bukan LOGOS (segala macam bentuk perkataan: di dalam pikiran, ditulis, direkam, termasuk diucapkan; Yesus sendiri adalah Perkataan yang menjadi manusia – Yoh 1:1-14). Walaupun rhema tidak dapat dilepaskan dari logos, atau dengan perkataan lain, rhema harus berdasar pada logos, tetapi jelas bahwa hanya ketika Kristus berbicara, yaitu perkataan yang diucapkan secara langsung, iman timbul di dalam hati kita.

        Bukti lainnya di dalam Alkitab adalah kisah seorang wanita penjual kain ungu dari Tiatira. Tuhan (Yun: Kurios), yaitu gelar yang diberikan kepada Kristus, membuka hatinya sehingga ia mendengarkan apa yang dikatakan oleh Paulus (Kis 16:14). Tanpa kehadiran Kristus yang membuka hati wanita tersebut, perkataan Paulus adalah perkataan yang tidak memiliki kuasa sama sekali. Kenyataan ini sesuai dengan 2 Kor 3:14 yang mengatakan “Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.”

        Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa iman berasal dari Allah, yaitu ketika Roh Kudus mengarahkan seseorang kepada Kristus, dan Kristus membukakan hati orang itu untuk mendengarkan suara-Nya – lewat apa saja: khotbah, buku, penginjilan, pengalaman, kesaksian, dsb – sehingga pada akhirnya, timbulah iman di dalam hati orang tersebut.

        Dengan demikian, salah satu “syarat” dari dua macam syarat keselamatan yang disebutkan di dalam Roma 10:8-10, yaitu percaya di dalam hati serta mengaku dengan mulut, sudah terpenuhi. Sekali lagi rasul Paulus menegaskan penekanannya perihal iman, “Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman (rhema) itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan” (ayat 8).

        Tentunya sudah tidak perlu dituntun lagi seperti layaknya doa terima Yesus, seorang yang telah menerima perkataan (rhema) Kristus, melalui imannya di dalam hati, pasti akan mengaku dengan mulutnya, “aku percaya kepada-Mu…”, dan perkataan itu cukup untuk membawa orang tersebut kepada kelahiran kembali, sebab Alkitab menyatakan barangsiapa yang percaya kepada Kristus, Allah akan mengaruniakan Roh Kudus kepadanya, yaitu Roh yang akan melahir-barukan kita menjadi anak Allah.

 

Apakah doa terima Yesus Alkitabiah?

Di bagian mana dalam Alkitab yang menyebutkan adanya doa yang dapat dipergunakan sebagai sarana untuk menerima Yesus? Alkitab tidak pernah memberikan suatu metode atau mengajarkan sebuah doa yang oleh karenanya kita dapat mengalami kelahiran kembali. Ketika kepala penjara bertanya kepada Paulus dan Silas, “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” Mereka menjawab, “Percayalah kepada Tuhan Yesus dan engkau akan selamat.” (Kis 16:30-31). HANYA ITU!

        Jadi, apakah salah mengundang orang maju ke depan (altar call) untuk berdoa menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat? Kemungkinan besar hal itu salah! Tidak diragukan lagi bahwa sebagian besar penginjil Kristen saat ini mengandalkan undangan standar tersebut, tetapi undangan itu bukanlah sebuah praktek yang jelas ke-alkitabiahannya. Mungkin sebagai bahan perbandingan, saudara dapat mempelajari jawaban rasul Petrus kepada orang Israel pada hari Pentakosta – Kis 2:37-40. Apakah ada doa Terima Yesus di sana?

 

Bahayanya menerapkan metode yang tidak Alkitabiah

        Banyak orang tidak menyadari “bahayanya” menerapkan metode yang tidak disebut di dalam Alkitab. Tahukah saudara bahwa model penginjilan dengan mempergunakan metode undangan ke depan (altar call) untuk mengucapkan doa terima Yesus baru ada setelah pertengahan abad ke-19? Pelopornya adalah Charles G. Finney, seorang tokoh kebangunan rohani yang sangat dihormati. Harus diakui bahwa banyak orang Kristen terlahir kembali oleh pelayanan beliau. Tetapi doktrin keputusan (maksudnya mengambil keputusan untuk percaya kepada Yesus) yang diajarkan beliau telah melahirkan sisi negatif yang mungkin tidak pernah ia sadari sebelumnya, yaitu kekeliruan dari beberapa orang yang menyangka bahwa mereka sudah dilahirkan kembali – karena sudah doa terima Yesus – padahal sesungguhnya mereka masih tetap dalam keadaan sebagai manusia yang lama.

        Jangan salah mengerti. Ada sekian banyak orang yang diselamatkan alias dilahirkan kembali saat mereka maju ke depan untuk menerima tantangan altar call. Tetapi, meskipun demikian, banyak orang yang maju ke altar karena alasan-alasan yang salah. Saya yakin bahwa penginjil-penginjil besar seperti Charles Finney sampai Billy Graham akan mengakui bahwa tidak semua orang yang maju ke depan untuk mengucapkan doa terima Yesus benar-benar telah dilahirkan kembali. Pertanyaan yang harus diajukan adalah: Mengapa, bukankah dengan maju ke depan mereka sudah mengambil keputusan untuk mau percaya kepada Yesus? Jawabannya adalah karena pertobatan atau kelahiran kembali adalah suatu misteri yang bertentangan dengan metode-metode. Sesungguhnya, kelahiran kembali adalah sepenuhnya karya Allah melalui pekerjaan Roh Kudus, bukan hasil karya manusia.

 

Mengapa doa terima Yesus sedemikian populer?

        Salah satu sifat dasar manusia adalah kesukaannya terhadap kepastian. Kenyataan ini sekaligus menegaskan bahwa manusia tidak nyaman dengan ketidak-pastian. Faktanya manusia menginginkan suatu kepastian tentang kelahiran kembali. Tujuannya adalah ketenteraman hati yaitu suatu kepastian bahwa mereka sudah diselamatkan. Oleh sebab itu, mereka berupaya untuk memegang kendali atas kelahiran baru. Maksudnya, menentukan suatu rumusan/metode yang pasti bahwa apabila saya melakukan “ini/itu” maka saya akan mengalami kelahiran kembali. Itulah alasan paling utama mengapa metode penginjilan dengan doa terima Yesus menjadi sangat populer, yaitu karena mereka merasa memiliki kendali atas kelahiran kembali. Demikianlah mereka menyatakan bahwa orang-orang yang sudah berdoa menerima Yesus adalah orang-orang yang sudah diselamatkan alias dilahirkan kembali. Apakah hal ini terdengar seperti doa syahadat – bagi orang Muslim – di telinga saudara?

 

Manusia tidak memiliki kendali atas kelahiran kembali.

Tuhan Yesus memberikan sebuah penegasan yang penting perihal kelahiran kembali takkala Ia berkata, “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh” (Yoh 3:8).

Jelas sekali dikatakan di sini bahwa setiap orang yang dilahirkan dari Roh adalah bagaikan angin yang bertiup ke mana ia mau. Menarik untuk mengetahui bahwa kata “Angin” dan “Roh” berasal dari bahasa Yunani yang sama, yaitu “Pneuma” yang artinya menurut kamus Strong adalah “Current of air, that is, breath or breeze, spirit, soul” (terj: arus udara, yaitu, bernafas atau menghembuskan, roh, jiwa). Ketika Allah menghembuskan (meniupkan) nafas kehidupan kepada Adam dan Hawa – sehingga mereka menjadi makhluk yang hidup – hal itulah yang kira-kira terjadi dengan kelahiran kembali, yaitu Allah meniupkan Roh-Nya (Yoh 20:22) – bagaikan angin – ke dalam diri manusia sehingga mereka menjadi hidup kembali.

Dari sini kita dapat melihat alasan utama mengapa Tuhan Yesus mempergunakan ilustrasi bertiupnya angin – yang tidak diketahui dari mana asalnya atau ke mana perginya – untuk menjelaskan tentang kelahiran kembali, yaitu memberikan penegasan kepada Nikodemus bahwa manusia tidak memiliki kendali atas proses kelahiran kembali. Manusia hanya dapat mendengar suaranya, atau merasakan tiupannya, tetapi mereka tidak memiliki kendali untuk memulai dan mengatur arahnya.


TANDA-TANDA KELAHIRAN KEMBALI

Walaupun manusia tidak memiliki kendali atas kelahiran baru, dimana artinya manusia tidak dapat memuaskan sifat dasarnya yang mengingini suatu kepastian tentang keselamatannya, tetapi Tuhan Yesus memberikan sebuah penegasan bahwa kita dapat mendengar suara angin yang bertiup. Artinya ada tanda-tanda secara lahiriah yang dapat kita pergunakan sebagai petunjuk untuk menilai apakah seseorang telah dilahirkan kembali.

Ciri-ciri Kelahiran Baru

        Untuk menemukan ciri-ciri dari seseorang yang sudah mengalami kelahiran kembali dapat dikatakan susah-susah gampang. Sebut saja orang-orang yang telah mengalaminya seringkali menunjukkan kepedulian mereka terhadap doa, pembacaan Alkitab, penyembahan, ibadah dan perbuatan baik. Tetapi tanda-tanda lahiriah seperti itu tidak dapat menjamin bahwa kelahiran kembali sudah terjadi, sebab orang-orang dari agama lain-pun menunjukkan ciri-ciri yang sama. Oleh sebab itu, kita membutuhkan ciri-ciri yang lebih spesifik, yaitu ciri-ciri yang ditunjukkan di dalam Alkitab.

        Sayang sekali bahwa Alkitab hampir-hampir tidak memberikan petunjuk yang pasti mengenai kelahiran kembali. Mungkin salah satu ayat yang dapat dijadikan petunjuk adalah Ibrani 6:4-5 yang berkata, “Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang…, namun harus diakui bahwa apa yang disampaikan di dalam ayat-ayat ini masih bersifat abstrak dan membutuhkan penafsiran yang bukan tidak mungkin malah membuat orang-orang Kristen bertambah bingung.

        Oleh sebab itu, daripada memberikan penafsiran yang bersifat spekulatif berdasarkan kitab Ibrani, maka saya menganjurkan agar kita melihat kepada 1 Yohanes 2:28 – 3:18 yang menunjukkan gaya hidup seorang anak Allah (artinya sudah dilahirkan kembali), yaitu:

1.  Tidak dikenal oleh dunia, sebab dunia tidak mengenal Dia (ayat 1). Orang-orang yang sudah dilahirkan kembali gaya hidupnya pasti berubah. Cara dia bergaul sudah tidak sama lagi, walaupun mereka masih hidup di dalam lingkungan yang sama. Tidaklah mengherankan apabila mereka dicap sebagai orang-orang yang “sok rohani”, “ekstrem”, “munafik”, atau perkataan-perkataan lainnya yang serupa dengan itu. Mungkin mereka akan kehilangan beberapa teman dan secara naluri mencari persekutuan dengan anak-anak Allah lainnya. Tetapi yang pasti, mereka harus menunjukkan adanya suatu perubahan di dalam pola pikir dan hati mereka (baca artikel berbuah bagi Kristus). Kata kuncinya adalah: TIDAK ADA ORANG YANG SUDAH DILAHIRKAN KEMBALI YANG HIDUPNYA TIDAK BERUBAH, karena Roh Kudus sudah mengubahkan mereka menjadi manusia yang baru. Apabila ada orang Kristen mengaku bahwa ia sudah diselamatkan, tetapi kehidupannya tidak banyak berubah, maka kemungkinan besar orang tersebut belum mengalami kelahiran kembali (korban doa terima Yesus).

2.   Mengalami proses menuju kesempurnaan seperti Kristus (ayat 2). Roma 8:29-30 berkata “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” Tidak ada anak Allah yang tidak mengalami proses menuju kesempurnaan. Hal ini disebabkan Allah menolak untuk membiarkan anak-anak-Nya hidup seperti sebelum mereka diselamatkan. Allah menerima kita apa adanya, tetapi Ia menolak untuk membiarkan kita apa adanya. Setiap anak-Nya pasti akan diproses menuju keserupaan seperti Kristus. Ketiadaan proses pembentukan karakter (biasanya melalui “penderitaan” hidup) seperti ini mungkin dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa mereka bukan anak-anak Allah.

3.  Memiliki kerinduan untuk hidup dalam kekudusan (ayat 3-6). Orang-orang yang sudah dilahirkan kembali seharusnya merasakan adanya kerinduan untuk hidup di dalam kekudusan, sebab Allah adalah kudus dan benih ilahi (Roh Kudus) yang ada di dalam diri mereka juga kudus (ayat 9). Mereka mungkin saja jatuh ke dalam dosa, tetapi mereka tidak mungkin hidup terus menerus di dalam dosa, sebab Roh Kudus yang ada di dalam diri mereka akan membuat hidup mereka tidak nyaman dengan keberdosaan mereka.

4.  Memiliki kerinduan untuk melakukan kebenaran (ayat 29, 7-8, 10). Allah adalah benar, maka setiap orang yang lahir daripada-Nya akan belajar untuk hidup di dalam kebenaran. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang akan menuntun setiap kita kepada seluruh kebenaran. Oleh sebab itu, apabila hidup kita tidak pernah mengalami perubahan secara berkala menuju manusia yang lebih baik, maka ketiadaan proses perubahan yang Allah lakukan tersebut patut untuk dipertanyakan.

5.  Memiliki Buah Roh Kasih (11-18). Allah adalah kasih, maka setiap orang yang lahir daripada-Nya pasti memiliki buah Roh kasih. Pertama-tama, kasih itu dialamatkan kepada Allah sendiri yaitu kerinduan untuk bersekutu, beribadah, berdoa, membaca Alkitab, dsb. Namun selanjutnya kasih itu ditujukan kepada sesama manusia. Bukan berarti bahwa anak-anak Allah tidak bisa membenci orang lain, tetapi yang menjadi petunjuk adalah adanya perubahan di dalam hati setiap anak Allah untuk bertumbuh dewasa di dalam kasih, yaitu ditandai dengan perbuatan-perbuatan kasih yang ditunjukkan kepada orang lain.

 

PENYEBAB-PENYEBAB KELAHIRAN KEMBALI YANG KELIRU

        Pada akhirnya kita sampai pada satu pokok masalah yang tidak bisa dibilang ringan yaitu masalah kelahiran kembali yang keliru dan penyebab-penyebabnya. Sebagaimana sudah disinggung sebelumnya, yang dimaksud dengan kelahiran kembali yang keliru adalah suatu kondisi di mana orang-orang Kristen menyangka dirinya sudah dilahirkan kembali, namun sesungguhnya mereka belum mengalaminya. Orang-orang seperti inilah yang pada akhirnya akan menggenapi peringatan Tuhan Yesus perihal hadirnya nabi-nabi palsu yang bernubuat, mengusir setan dan melakukan banyak mujizat di dalam nama Yesus. Tetapi pada hari terakhir Tuhan Yesus akan berkata kepada mereka, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat 7:15-23).

        Menarik untuk diperhatikan bahwa kata “mengenal” (KJV = Knew) berasal dari bahasa Yunani “Ginosko” yang artinya menurut kamus Thayer adalah “to know, to understand, to become acquainted”, namun dapat juga dipergunakan sebagai ungkapan (idiom) Yahudi untuk menggambarkan hubungan seksual antara seorang pria dan wanita.  Dalam bahasa Indonesia kita mengenal istilah “berhubungan” – yang sejajar dengan kata “ginosko” – yang juga sering dipakai sebagai ungkapan untuk menjelaskan hubungan seksual. Dokter kandungan seringkali bertanya, “berapa kali berhubungan dalam sebulan?”. Hal ini mengingatkan kita kepada hubungan seksual antara suami-istri yang disebutkan dalam Alkitab “menjadi satu daging”, dimana persatuan tersebut menggambarkan persatuan antara Kristus sebagai mempelai pria dengan umat-Nya sebagai mempelai wanita (Ef 5:31-32) pada hari Pesta Kawin Anak Domba (Wahyu 19:7-9). Artinya, nabi-nabi palsu yang disebutkan di sini tidak pernah diperhitungkan sebagai orang-orang yang akan dipersatukan dengan Kristus. Dengan perkataan lain, walaupun mereka menyebut “Tuhan… Tuhan…” dan melakukan banyak perkara ajaib dengan mempergunakan nama Yesus, namun sesungguhnya mereka bukanlah orang-orang yang sudah mengalami kelahiran kembali. Mereka adalah serigala yang menyamar sebagai domba tanpa pernah menyadari bahwa mereka sesungguhnya adalah serigala. Hebatnya mereka memiliki kuasa untuk bernubuat, mengusir setan dan mengadakan banyak mujizat demi nama Yesus. Pertanyaannya adalah darimana mereka mendapatkan kuasa-kuasa tersebut? Dari Setan. Itulah sebabnya mereka disebut nabi-nabi palsu, yaitu karena kuasanya bukan berasal dari Roh Kudus. Mengerikan bukan? Tetapi inilah fakta dan kebenaran yang harus kita hadapi yaitu bahwa mereka ada di tengah-tengah kita dan bukan mustahil bahwa mereka adalah hamba-hamba Tuhan (baca: pendeta) atau pelayan-pelayan Tuhan yang terkenal.

        Pertanyaan krusial yang perlu kita ajukan adalah: Mengapa perkara nabi palsu sebagaimana yang tertulis di dalam Matius 7:15-23 bisa sampai terjadi? Jawabannya sederhana yaitu karena mereka mengalami kelahiran kembali yang keliru dan dipakai oleh iblis sebagai alat bagi mereka untuk menyesatkan sebanyak mungkin orang Kristen lainya, khususnya bagi mereka yang silau dengan kuasa-kuasa supranatural. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengetahui perkara-perkara apa saja yang dapat menyebabkan kelahiran kembali yang keliru.

 

Penyebab-penyebab Kelahiran Kembali yang Keliru

        Berikut ini adalah beberapa contoh kasus dimana seseorang bisa mengalami kelahiran kembali yang keliru:

Penyebab #1: Pertobatan Krisis

        Biasanya terjadi pada orang yang sedang mengalami krisis atau masalah tertentu. Contoh: Seorang yang sedang sakit parah di rumah sakit yang dilayani oleh orang Kristen yang memberitakan Injil kepadanya dan kemudian diakhiri dengan doa terima Yesus. Dalam kasus seperti ini, mungkin saja kelahiran kembali benar-benar terjadi, tetapi tidak bisa dipungkiri pula bahwa sebagian besar dari mereka mengalami kelahiran kembali yang keliru. Ketika iman keselamatan mereka dipertanyakan, mereka akan menjawab “Saya sudah berdoa menerima Yesus.” Atau dalam kasus lainnya, dimana sang pasien pada akhirnya meninggal dunia, tidak jarang kita mendengar keluarganya berkata, “Pada saat-saat akhir hidupnya, ia mau percaya kepada Yesus”.

        Tanpa bermaksud mengecilkan arti dari pemberitaan Injil dan pelayanan-pelayanan  yang dilakukan di rumah sakit. Demikian pula, tanpa bermaksud merusak sukacita anggota keluarga yang telah ditinggalkan oleh mereka yang sempat berdoa menerima Yesus. Ijinkan saya mengajukan sebuah pertanyaan: Apakah kita benar-benar yakin bahwa mereka (pasien) telah memiliki iman yang benar di dalam hati mereka? Mengimani tidak sama dengan beriman, sebab pada dasarnya, mengimani berarti tidak beriman.

 

Penyebab #2: Menerima Pelayanan Psikologis

        Biasanya pelayanan-pelayanan model seperti ini membawa kepada pemulihan. Maksudnya, pelayanan-pelayanan seperti ini telah membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik. Misalnya: Retreat, Camp Meeting, Drug Healing, dll. Tidak diragukan lagi bahwa pelayanan-pelayanan seperti ini telah berjasa untuk mengubah kehidupan banyak orang. Saya beberapa kali mendengar kesaksian dari mereka yang mengaku bahwa mereka merasa telah “dilahirkan kembali” menjadi pribadi yang baru. Contoh kasus yang paling sering terjadi adalah pertobatan dari para pecandu narkoba. Mereka pasti mengalami suatu pemulihan yang luar biasa dan kita harus berterima kasih kepada para pelayan yang telah mengabdikan diri mereka untuk melakukan model pelayanan yang menurut pandangan saya sangat menguras waktu, energi dan perhatian. Tetapi kenyataan ini sama sekali tidak menjamin bahwa kelahiran kembali telah terjadi. Beberapa dari mereka mungkin benar-benar mengalami kelahiran kembali sehingga hal itu memberikan pemulihan yang menyeluruh (tubuh, jiwa, roh), namun kita harus tetap bersiap untuk menerima kenyataan bahwa sebagian besar dari mereka hanya mengalami pemulihan secara psikologis saja (tubuh dan jiwa). Itupun sudah merupakan prestasi yang luar biasa.

 

Penyebab #3: Merasakan Kehadiran atau Lawatan Allah

        Beberapa kasus terjadi melalui praise & worship yang emosional, sedangkan beberapa lainnya melalui khotbah yang menyentuh hati. Saya percaya bahwa janji Yesus yang berkata, “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” juga dapat dirasakan oleh orang-orang yang bahkan belum percaya kepada-Nya.

        Ketika Bait Allah yang didirikan raja Salomo ditahbiskan, kemuliaan Allah turun dalam bentuk awan menaungi rumah Tuhan tersebut. Alkitab mencatat bahwa semua imam-imam yang melayani di sana tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian (2 Taw 5:13-14). Artinya, semua imam yang hadir pada saat itu, beriman atau tidak beriman, merasakan hadirat Tuhan yang sama. Dengan demikian, merasakan kehadiran atau lawatan Allah, sama sekali tidak menjadikan seseorang mengalami kelahiran kembali.

 

Penyebab #4: Mengalami Pengalaman Supranatural

        Banyak orang Kristen yang senang terhadap hal-hal yang bersifat spektakuler, contoh: mujizat, kesembuhan, tumbang dalam Roh, merasakan aliran “setrum”, tertawa dalam Roh, dll. Nyatanya KKR-KKR kesembuhan Ilahi hampir tidak pernah sepi dari “pengunjung”. Beberapa orang bahkan keranjingan untuk mengikuti kemana saja para pengkhotbah spektakuler ini pergi.

        Tentunya bukan kapasitas saya untuk menilai apalagi menghakimi mereka yang keranjingan hal-hal supranatural seperti itu. Tetapi yang menjadi perhatian saya adalah persepsi mereka yang salah tentang pengalaman rohani yang dijadikan ukuran bahwa mereka sudah mengalami kelahiran kembali. Mereka menyangka bahwa hidup mereka berkenan kepada Allah karena Allah memberikan pengalaman rohani. Tetapi kita harus ingat bahwa bangsa Israel mengalami banyak sekali pengalaman supranatural (baca: mujizat), bahkan lebih dari siapapun yang ada di dunia ini. Coba kita pelajari sejarah, kepada siapa lagi Allah pernah membelah lautan dan menyediakan jalan yang kering bagi mereka? Belum termasuk sepuluh tulah di Mesir, manna dari sorga, burung puyuh, air yang memancar dari batu karang, pakaian dan kasut yang tidak rusak selama 40 tahun, tiang awan dan tiang api, dsb. Tetapi semua itu tidak membuat bangsa Israel memiliki iman yang benar kepada Allah. Demikian pula dengan kasus 10 orang kusta yang disembuhkan Tuhan Yesus. Berapa orang yang kembali kepada-Nya? Hanya satu orang, itupun bukan orang Yahudi, melainkan orang samaria yang notabene adalah orang asing bagi bangsa Yahudi (Luk 17:11-19).

        Dari keterangan-keterangan Alkitab yang disebutkan di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pengalaman rohani yang bersifat supranatural, sama sekali tidak dapat dijadikan patokan bahwa kelahiran kembali sudah terjadi. Pengalaman-pengalaman rohani seperti kesembuhan dan mujizat adalah pemberian Allah yang bersifat umum, yaitu berlaku bagi semua orang tanpa kecuali, sebagaimana yang terjadi pada Naaman orang Siria dan janda dari Sarfat yang mengalami mujizat Allah.

 

Penyebab #5: Hal-hal Agamawi

        Banyak hal dalam kegiatan gereja yang dapat mengecoh kita. Misalnya baptisan air atau perjamuan kudus. Selain itu, jabatan-jabatan gerejawi (pendeta, pelayan, dll) atau gelar-gelar teologia juga tidak sedikit telah memberikan sumbangsih terhadap jumlah kelahiran kembali yang keliru. Belum lagi ditambah dengan kesenioritasan di dalam pelayanan yang menganggap bahwa orang yang lebih senior pasti sudah dilahirkan kembali. Apakah hal-hal ini dapat dijadikan sebagai ukuran bahwa mereka sudah mengalami kelahiran kembali? Jawabannya sudah pasti: “TIDAK”.

 

KRISTENISASI

(SUATU PERTOBATAN YANG KELIRU)

Sebagai pelengkap dari artikel ini, saya akan menyampaikan beberapa rangkuman dari kisah-kisah yang dituliskan oleh Kent Philpott di dalam bukunya yang berjudul “Apakah Anda Sudah Benar-Benar Dilahirkan Kembali?”, yaitu dengan maksud untuk menunjukkan betapa berbahayanya menerapkan suatu metode penginjilan yang tidak diajarkan di dalam Alkitab. 

Kisah Jose

Jose, asal San Jose, memandang saya dengan mata terbelalak dari jeruji sel penjara San Quentin. Dia tidak membutuhkan berita Injil dari saya karena ia telah mendapatkannya saat mendekam di penjara Daerah San Fransisco. Jose dibesarkan dalam lingkungan Gereja Katholik Roma, tapi ia mengaku dibaptis dalam roh saat masih remaja di sebuah gereja besar di Los Angeles. Di usia 35 tahun ia gundah dengan apa yang terjadi terhadap kekristenan dan pelayanannya. Setelah bercakap-cakap dengan jose selama lebih dari satu jam, saya menyadari apa yang menjadi akar masalahnya: ia sama sekali tak tahu mengapa Yesus mati di atas kayu salib, dan ia tak memiliki sedikitpun pengertian mengenai pengampunan. Lagi pula, ia tidak berdoa dan tidak membaca Alkitabnya, ia menolak untuk hadir dalam kebaktian penyembahan di kapel – namun ia sendiri menyatakan dirinya telah menerima baptisan Roh. Jose telah terkristenkan; ia telah terpedaya.

Kisah Mike

Di sebelah sel Jose, ada Mike yang berasal dari Oakland. Mike dua belas tahun lebih muda dari Jose. Ia telah keluar masuk bui dua belas tahun lamanya dan baru saja masuk ke San Quentin. Dibesarkan di sebuah gereja Baptis, ia telah diselamkan di kolam baptisan pada usia 5 tahun, ikut sekolah minggu umur 6 tahun dan mulai mengajar sekolah minggu saat berusia 9 tahun. Di Usia 17 tahun ia mulai masuk lembaga pemasyarakatan muda di California. Lalu saat berumur 25 tahun ia memeluk agama lain. Saya bertanya pada Mike, “apakah engkau benar-benar seorang Kristen di tempat (gereja) yang pertama?” Ia menjawab, “Ah, jangan bertanya seperti itu! Aku kan sudah menceritakan apa saja yang kulakukan di gereja.”  Mike belum pernah punya pengalaman bertobat. Mike mengalami Kristenisasi kelas berat, dan saat hal itu pudar, ia begitu terbuka untuk menerima sesuatu (agama) yang lain.

Kisah Bob

Bob yang saya temui saat memimpin suatu upacara pernikahan adalah tipe khas orang Amerika kelas menengah yang rajin ke gereja. Ia bercerita kepada saya, “Saya dibaptis dan menjadi anggota di gereja yang berpusatkan pada Kristus dan berulang kali berdoa menerima Yesus dan saya mempersembahkan hidup saya terus menerus. Saya mengikuti kelas-kelas pemuridan, saya tunduk pada ketuhanan Kristus dan boleh dikatakan saya hidup di jalan yang benar. Tetapi mengapa saya tidak merasa seperti orang Kristen? Mengapa saya tidak bisa menikmati menjadi orang Kristen?” Jawabannya: Bob tidak pernah melakukan pertobatan yang benar!

Kisah Dave

Dave adalah orang yang sangat rohani. Ia berpengaruh dan terlibat aktif dalam pelayanan di gereja. Tiba-tiba ia mulai menanyakan pertanyaan tentang hal-hal teologia sederhana, tetapi ia kelihatan tidak mengerti kunci doktrin dasar Alkitab. Ia melayani banyak konseling, menyumbangkan sejumlah uang ke banyak pelayanan radio dan televisi, dan bahkan melakukan mujizat-mujizat kesembuhan (siapa yang memperhatikan kegelisahan hatinya kalau begitu?), tetapi ia mulai menghindari hadir di gereja untuk waktu yang lama. Pada saat lain ia mulai meragukan gereja-gereja.

Ia tidak melakukan kesalahan di dalam merenungkan karya salib. Pikirannya tahu bahwa Allah sangat mengasihi dan menyediakan Yesus sebagai satu-satunya jalan. Dalam pandangannya, ia adalah seorang yang saleh, pengasih, dan memperhatikan orang lain. Ia sangat senang ketika mengalami pengalaman yang bersifat rohani. Namun ia tidak menyadari bahwa Ia ada di dalam bahaya.. Ia hanya sampai pada taraf ketertarikan pada Yesus dan apa yang telah diperbuat-Nya. Ia adalah contoh simpatisan yang juga terdapat di gereja-gereja.

Walaupun Dave berkata bahwa ia telah lahir baru, tetapi saya yakin bahwa Dave telah melakukan pertobatan yang keliru. Alasannya sederhana, tidak ada kesaksian yang menyertai pengalaman pertobatannya dan tidak ada pengalaman ketika ia menerima kehadiran Yesus di hatinya untuk keselamatan.

Jose, Mike, Bob dan Dave adalah korban kristenisasi yang dilakukan oleh gereja. Banyak orang mengira bahwa mereka adalah orang-orang Kristen yang telah lahir baru sementara pada kenyataannya mereka hanya mengalami kristenisasi. Mereka menerima dasar-dasar kekristenan dan berperan serta dalam pelayanan gereja secara umum. Namun mereka tidak sadar bahwa proses kristenisasi yang mereka alami adalah sebuah pertobatan yang keliru. Jika orang-orang yang katanya telah mengalami kelahiran baru tersebut tidak menunjukkan kepedulian (yang sungguh-sungguh) terhadap doa, ketertarikan pada Kitab Suci, keinginan untuk menyembah, rasa cinta kepada Yesus, pertanyaannya adalah apakah ada kehidupan dalam diri orang tersebut?

 

Kisah Richard – Pertobatan Sejati

        Richard mulai datang menghadiri pelayanan doa di sekolah minggu kami. Ia selalu datang sendiri dan tidak membawa Alkitab ke gereja. Ia datang terlambat dan pulang lebih awal. Saya memperhatikan bahwa ia selalu merasa tidak nyaman selama pelayanan, khususnya menjelang khotbah. Setelah empat atau lima minggu, ia menelepon di senin pagi, menanyakan beberapa hal secara pribadi dan kemudian kami bertemu di hari yang lain. Ia berkata bahwa ia telah mengalami suatu pengalaman yang bersifat rohani, yaitu selama ia hadir di gereja. Ia menjadi tertarik dengan gereja melalui penampilan Billy Graham di televisi dan ia mempunyai pertanyaan perihal keilahian Yesus. Ia menaruh perhatian tentang semua orang di dunia yang tidak mengenal Yesus dan ia juga ingin mengetahui apakah saya benar-benar percaya akan surga dan neraka – semua hal-hal yang umum.

Jelas terlihat bahwa ia menyadari bahwa ia bukanlah seorang Kristen sejak awalnya. Saya bertanya apakah ia mengerti kondisi kehilangannya (keberdosaannya), ia membenarkannya dan hal itu memberikan kegelisahan yang besar dalam hidupnya. Kami membicarakan apa yang telah diperbuat oleh Yesus di atas kayu salib dan mengapa Ia mati di sana. Ia mendengarkan dan mengajukan beberapa pertanyaan yang mendalam. Di akhir percakapan, saya menantangnya untuk datang kepada Yesus, yaitu untuk menerima pengampunan dan keselamatan. Saya berdoa pada Tuhan agar Ia menunjukkan pada Richard akan kondisinya dan menyatakan perihal siapa Yesus yang sebenarnya. Saya menanyakan apakah Richard mau berdoa bersama saya, tetapi ia menjawab belum siap.

Richard tidak hadir ke gereja minggu-minggu berikutnya. Saya mulai yakin bahwa saya telah membuatnya lari dan saya menyesal bahwa saya tidak dapat memberikan kemudahan dalam pertobatan (seperti doa terima Yesus). Tetapi puji Tuhan, beberapa minggu kemudian, Richard muncul kembali dan ia telah menjadi pribadi yang berbeda. Sesudah kebaktian ia mendekati saya dan mengajak saya berbicara. Ia memberitahukan bahwa ia telah merencanakan pergi ke beberapa gereja untuk memeriksa apakah yang saya katakan adalah suatu kebenaran. Ia menemukan bahwa tidak ada pendeta lain yang setuju dengan pertobatan yang saya katakan. Namun pada akhirnya ia mengakui bahwa ia tidak mendapatkan kedamaian. Ia berkata bahwa ia ingat kepada doa saya dan mencoba untuk berdoa sendiri. Ia ingat tentang kematian Yesus di atas kayu salib. Ia mendapatkan kedamaian untuk pertama kalinya dan sangat yakin bahwa ia telah diampuni. Ia tidak sabar ingin menceritakan tentang pengalamannya kepada saya.

Hal ini terjadi beberapa waktu yang lalu dan saya mendapatkan kesempatan untuk melihat Richard bertumbuh dalam kerohaniannya. Ia dibaptis beberapa bulan setelah kisah pertobatannya. Ia mempelajari Alkitab, datang teratur ke gereja, berdoa, belajar untuk bersaksi, memberikan persembahan, dan berada dalam damai sejahtera yang kuat karena ia tahu apa yang sedang dilakukannya. Roh Kudus yang membuatnya tahu.

 

0 Response to "KELAHIRAN BARU"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel