KELAHIRAN BARU
KELAHIRAN BARU
"Adalah
seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan
berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus
Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau
adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak
dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya:
"Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia
masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab
Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak
dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan
dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata
kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan
engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke
mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."
(Yohanes 3:1-8)
PENDAHULUAN
Pada suatu malam,
seorang Farisi yang bernama Nikodemus, yaitu salah satu dari anggota Sanhedrin
(mahkamah agama), yang sering disebut-sebut sebagai pemimpin agama Yahudi atau
para pengajar Israel (ay 10), datang kepada Yesus dengan suatu pernyataan yang
sangat mengejutkan. Ia menyatakan bahwa Yesus adalah guru yang diutus Allah,
yakni berdasarkan tanda-tanda ajaib yang menyertai pelayanan Yesus.
Sudah menjadi
pengetahuan umum bagi orang Israel pada waktu itu bahwa Allah hanya
mendengarkan orang-orang yang saleh dan melakukan kehendak-Nya (Yoh 9:30-33).
Oleh sebab itu, ketika Yesus melakukan banyak mujizat dan tanda-tanda ajaib,
pilihan bagi orang-orang Farisi adalah: Pertama, menutup hati dan mengabaikan
segala fakta yang terjadi – merupakan salah satu bentuk pengabaian yang juga
banyak dilakukan oleh orang Kristen ketika mereka diperhadapkan dengan fakta
yang tidak sejalan dengan doktrin yang mereka yakini. Kedua, tetap berpegang kepada
doktrin yang mereka yakini dan menuduh Yesus mendapatkan kuasa dari roh jahat
yang disebut Beelzebul (Mat 12:22-24). Ketiga, membuka hati dan melakukan
pemeriksaan terhadap apa yang sedang terjadi sebelum akhirnya mengambil suatu
keputusan atau tindakan. Rupanya Nikodemus mengambil pilihan yang terakhir. Ia
membuka hatinya sambil melakukan konfirmasi, dimana dalam hal ini Nikodemus
mendatangi Tuhan Yesus secara langsung.
Perhatikan bahwa
Nikodemus datang kepada Yesus bukan untuk mengajukan serangkaian pertanyaan
perihal Hukum Taurat atau Kitab Para Nabi menurut pandangan Tuhan Yesus,
melainkan memberikan suatu pernyataan iman bahwa Yesus adalah guru yang diutus
Allah. Salah satu pelajaran penting yang harus kita cermati di sini adalah
respon Tuhan Yesus terhadap pernyataan Nikodemus. Ia sama sekali tidak
menyinggung soal apa yang menjadi perhatian Nikodemus, – yang kira-kira berkata
seperti ini: “Apa kata-Mu tentang Diri-Mu sendiri apabila aku berkata bahwa
Engkau adalah guru yang diutus Allah?” – melainkan memberikan suatu pengajaran
super dalam mengenai kelahiran kembali yang tidak mungkin dapat dicerna oleh
akal pikiran seorang ahli Taurat sekalipun. Pertanyaannya bagi kita adalah:
Apakah Tuhan Yesus mengetahui keadaan hati Nikodemus yang percaya kepada-Nya?
Entahlah, Alkitab tidak memberikan keterangan apa-apa mengenai hal itu, namun
saya sampai kepada suatu kesimpulan yang lebih penting: Hati yang terbuka dan rasa lapar akan kebenaran
adalah “persyaratan” yang dibutuhkan bagi suatu kelahiran kembali (Kis 16:14).
Pernyataan
Yesus mengenai Kelahiran Kembali
Dari sini kita dapat
mengambil 2 buah kesimpulan penting: Pertama, kelahiran kembali adalah syarat
mutlak bagi semua orang yang ingin masuk ke dalam Kerajaan Allah. Kedua,
kelahiran kembali sudah pasti berhubungan secara langsung dengan keselamatan
dan iman kepada Yesus Kristus, sebab masih di dalam percakapan yang sama antara
Yesus dengan Nikodemus, Yesus memberikan sebuah penegasan bahwa barangsiapa
percaya kepada Anak Allah, mereka tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal (Yoh 3:16).
Mengapa
menggunakan istilah “Kelahiran Kembali” bukan “Kelahiran Baru”?
Alkitab Perjanjian Baru sama sekali tidak pernah menggunakan istilah “lahir baru”, tetapi selalu mempergunakan istilah “lahir kembali” (Yoh 3:3, Tit 3:5, 1 Pet 1:3), mengapa? Karena bahasa Yunani “ano-then” menurut kamus Strong memiliki arti “from above, again, from the beginning (very first), the top”. Berdasarkan keterangan ini, masih lebih tepat apabila diterjemahkan “dilahirkan dari atas” ketimbang “dilahirkan baru”. Sebab biar-bagaimanapun juga, air atau Roh selalu dicurahkan dari atas. Namun, melihat kepada konteks pembicaraan antara Tuhan Yesus dengan Nikodemus yang mengarah kepada proses persalinan, maka terjemahan Alkitab bahasa Indonesia (“dilahirkan kembali”) dan King James Version (“be born again”) sudah sangat tepat ketimbang International Standard Version yang menterjemahkannya “is born from above” (dilahirkan dari atas), yang walaupun secara doktrin lebih mengena, namun tidak tepat secara tata bahasa. Akan tetapi, mengingat bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus dikatakan sebagai “ciptaan yang baru”, maka saya kira istilah “lahir baru” sah-sah saja untuk dipergunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Adapun alasan mengapa saya mempergunakan istilah “kelahiran baru” sebagai judul materi ini, hal itu disebabkan karena pertimbangan bahwa istilah “lahir baru” sudah jauh lebih dikenal (selain lebih enak didengar) oleh kebanyakan orang Kristen.
APA YANG DIMAKSUD KELAHIRAN
KEMBALI?
Di dalam surat Efesus
2:1-3, rasul Paulus menjelaskan bahwa semua orang yang hidup adalah orang-orang
yang sudah mati, yaitu mati secara rohani di mana kematian yang dimaksud di
sini adalah hilangnya kemuliaan Allah (Roma 3:23) – yakni bagian dari diri
Allah – dari kehidupan manusia (penjelasan lebih lengkap silahkan baca training
center bagian keselamatan).
Ketika kita percaya
kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, Alkitab menyatakan bahwa
Allah akan mengaruniakan Roh Kudus kepadanya. Pada saat hal itu terjadi,
kemuliaan Allah yang merupakan bagian dari Roh Kudus, dikembalikan ke dalam roh
kita, sehingga roh kita yang semula sudah mati menjadi hidup kembali. Proses
inilah yang disebut dengan kelahiran kembali.
Apa
maksudnya daging melahirkan daging, Roh melahirkan roh?
Ketika seekor kucing melahirkan anak kucing, itulah yang dimaksud dengan daging melahirkan daging. Demikian pula ketika orang tua kita melahirkan kita ke dunia, itulah yang dimaksud daging melahirkan daging. Tetapi ketika Roh Allah “melahirkan” roh kita, maka itulah yang dimaksud dengan “Roh melahirkan roh”.
Mengenai hal ini, rasul Paulus di dalam surat Roma 8:15-17 menjelaskan, “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Jadi, yang dimaksud dengan istilah anak Allah di sini, bukanlah sekedar ilustrasi yang menggambarkan kedekatan hubungan kita dengan Allah, melainkan secara real, yaitu kita menjadi anak Allah secara roh, sebagaimana kita menjadi anak orang tua kita secara daging. Hal ini penting sebab kepada siapa lagi seorang Raja akan mewariskan kerajaan-Nya jikalau bukan kepada anak-anak-Nya.
KELAHIRAN KEMBALI ADALAH
PEKERJAAN ROH KUDUS
Yesus berkata, “… jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yoh 3:5). Perhatikan bahwa di sini Tuhan Yesus mempergunakan kata kerja pasif, yaitu “dilahirkan” (KJV = “Be born”), yang menandakan bahwa proses kelahiran kembali adalah suatu proses yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yaitu bagian dari baptisan Roh Kudus, yang dilambangkan dengan baptisan air, di mana keduanya melambangkan proses penyucian yang Allah kerjakan di dalam diri setiap orang yang percaya.
Mungkin diantara saudara
ada yang tidak setuju dengan penafsiran di atas, tetapi surat Titus 3:5 secara
tegas menyatakan hubungan antara keselamatan dengan kelahiran kembali, baptisan
air dan penyucian oleh Roh Kudus dengan mengatakan, “pada waktu itu Dia telah menyelamatkan
kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena
rahmat-Nya oleh permandian kelahiran
kembali dan oleh pembaharuan
yang dikerjakan oleh Roh Kudus” di mana permandian yang dimaksud di sini mengacu kepada upacara
pentahiran (penyucian) di dalam Perjanjian Lama (Bil 19:1-22), yang tidak lain
adalah perlambang dari pekerjaan Roh Kudus (air merupakan perlambang Roh Kudus,
lihat Yoh 7:37-39) yang menyucikan, memperbaharui dan melahir-barukan semua
orang yang percaya kepada Yesus.
Pertanyaannya sekarang, apa yang Roh Kudus kerjakan di dalam kehidupan setiap orang percaya sehingga mereka mengalami kelahiran kembali? Setidak-tidaknya, ada 3 proses yang Roh Kudus kerjakan:
Proses #1: Roh Kudus menyadarkan status kita
dihadapan Allah
Yoh 16:8-11 berkata, “Dan kalau Ia (Roh Kudus) datang,
Ia akan menginsafkan
dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap
tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran,
karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman,
karena penguasa dunia ini telah dihukum.”
Proses #2: Roh Kudus menyadarkan siapa Yesus
Proses #3: Roh Kudus mengerjakan Iman
Bukti lainnya di dalam Alkitab adalah kisah seorang wanita penjual kain
ungu dari Tiatira. Tuhan (Yun: Kurios), yaitu gelar yang diberikan kepada
Kristus, membuka hatinya sehingga ia mendengarkan apa yang dikatakan oleh
Paulus (Kis 16:14). Tanpa kehadiran Kristus yang membuka hati wanita tersebut,
perkataan Paulus adalah perkataan yang tidak memiliki kuasa sama sekali.
Kenyataan ini sesuai dengan 2 Kor 3:14 yang mengatakan “Tetapi pikiran
mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih
tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa
disingkapkan, karena hanya Kristus
saja yang dapat menyingkapkannya.”
Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
iman berasal dari Allah, yaitu ketika Roh Kudus mengarahkan seseorang kepada
Kristus, dan Kristus membukakan hati orang itu untuk mendengarkan suara-Nya –
lewat apa saja: khotbah, buku, penginjilan, pengalaman, kesaksian,
dsb – sehingga pada akhirnya, timbulah iman di dalam hati orang tersebut.
Dengan demikian, salah
satu “syarat” dari dua macam syarat keselamatan yang disebutkan di dalam Roma
10:8-10, yaitu percaya di dalam hati serta mengaku dengan mulut, sudah
terpenuhi. Sekali lagi rasul Paulus menegaskan penekanannya perihal iman, “Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman
(rhema) itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu."
Itulah firman iman, yang kami beritakan” (ayat 8).
Tentunya sudah tidak perlu dituntun lagi seperti layaknya doa terima
Yesus, seorang yang telah menerima perkataan (rhema) Kristus, melalui imannya
di dalam hati, pasti akan mengaku dengan mulutnya, “aku percaya kepada-Mu…”,
dan perkataan itu cukup untuk membawa orang tersebut kepada kelahiran kembali,
sebab Alkitab menyatakan barangsiapa yang percaya kepada Kristus, Allah akan
mengaruniakan Roh Kudus kepadanya, yaitu Roh yang akan melahir-barukan kita
menjadi anak Allah.
Apakah doa terima Yesus Alkitabiah?
Di bagian mana dalam Alkitab yang menyebutkan adanya
doa yang dapat dipergunakan sebagai sarana untuk menerima Yesus? Alkitab tidak
pernah memberikan suatu metode atau mengajarkan sebuah doa yang oleh karenanya
kita dapat mengalami kelahiran kembali. Ketika kepala penjara bertanya kepada
Paulus dan Silas, “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku
selamat?” Mereka menjawab, “Percayalah kepada Tuhan Yesus dan engkau akan
selamat.” (Kis 16:30-31). HANYA ITU!
Bahayanya menerapkan metode
yang tidak Alkitabiah
Banyak orang tidak
menyadari “bahayanya” menerapkan metode yang tidak disebut di dalam Alkitab.
Tahukah saudara bahwa model penginjilan dengan mempergunakan metode undangan ke
depan (altar call) untuk mengucapkan doa terima Yesus baru ada setelah
pertengahan abad ke-19? Pelopornya adalah Charles G. Finney, seorang tokoh
kebangunan rohani yang sangat dihormati. Harus diakui bahwa banyak orang
Kristen terlahir kembali oleh pelayanan beliau. Tetapi doktrin keputusan
(maksudnya mengambil keputusan untuk percaya kepada Yesus) yang diajarkan
beliau telah melahirkan sisi negatif yang mungkin tidak pernah ia sadari
sebelumnya, yaitu kekeliruan dari beberapa orang yang menyangka bahwa mereka
sudah dilahirkan kembali – karena sudah doa terima Yesus – padahal sesungguhnya
mereka masih tetap dalam keadaan sebagai manusia yang lama.
Jangan salah mengerti.
Ada sekian banyak orang yang diselamatkan alias dilahirkan kembali saat mereka
maju ke depan untuk menerima tantangan altar call. Tetapi, meskipun demikian,
banyak orang yang maju ke altar karena alasan-alasan yang salah. Saya yakin
bahwa penginjil-penginjil besar seperti Charles Finney sampai Billy Graham akan
mengakui bahwa tidak semua orang yang maju ke depan untuk mengucapkan doa
terima Yesus benar-benar telah dilahirkan kembali. Pertanyaan yang harus
diajukan adalah: Mengapa, bukankah dengan maju ke depan mereka sudah mengambil
keputusan untuk mau percaya kepada Yesus? Jawabannya adalah karena pertobatan
atau kelahiran kembali adalah suatu misteri yang bertentangan dengan
metode-metode. Sesungguhnya, kelahiran kembali adalah sepenuhnya karya Allah
melalui pekerjaan Roh Kudus, bukan hasil karya manusia.
Mengapa
doa terima Yesus sedemikian populer?
Salah satu sifat dasar
manusia adalah kesukaannya terhadap kepastian. Kenyataan ini sekaligus
menegaskan bahwa manusia tidak nyaman dengan ketidak-pastian. Faktanya manusia
menginginkan suatu kepastian tentang kelahiran kembali. Tujuannya adalah
ketenteraman hati yaitu suatu kepastian bahwa mereka sudah diselamatkan. Oleh
sebab itu, mereka berupaya untuk memegang kendali atas kelahiran baru.
Maksudnya, menentukan suatu rumusan/metode yang pasti bahwa apabila saya
melakukan “ini/itu” maka saya akan mengalami kelahiran kembali. Itulah alasan
paling utama mengapa metode penginjilan dengan doa terima Yesus menjadi sangat
populer, yaitu karena mereka merasa memiliki kendali atas kelahiran kembali.
Demikianlah mereka menyatakan bahwa orang-orang yang sudah berdoa menerima
Yesus adalah orang-orang yang sudah diselamatkan alias dilahirkan kembali.
Apakah hal ini terdengar seperti doa syahadat – bagi orang Muslim – di telinga
saudara?
Manusia tidak memiliki kendali
atas kelahiran kembali.
Tuhan Yesus memberikan sebuah penegasan yang penting
perihal kelahiran kembali takkala Ia berkata, “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar
bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang
yang lahir dari Roh” (Yoh 3:8).
Jelas sekali dikatakan di sini bahwa setiap orang
yang dilahirkan dari Roh adalah bagaikan angin yang bertiup ke mana ia mau.
Menarik untuk mengetahui bahwa kata “Angin” dan “Roh” berasal dari bahasa
Yunani yang sama, yaitu “Pneuma” yang artinya menurut kamus Strong adalah “Current
of air, that is, breath or breeze, spirit, soul” (terj: arus udara, yaitu,
bernafas atau menghembuskan, roh, jiwa). Ketika Allah menghembuskan (meniupkan)
nafas kehidupan kepada Adam dan Hawa – sehingga mereka menjadi makhluk yang
hidup – hal itulah yang kira-kira terjadi dengan kelahiran kembali, yaitu Allah
meniupkan Roh-Nya (Yoh 20:22) – bagaikan angin – ke dalam diri manusia sehingga
mereka menjadi hidup kembali.
Dari sini kita dapat melihat alasan utama mengapa Tuhan Yesus mempergunakan ilustrasi bertiupnya angin – yang tidak diketahui dari mana asalnya atau ke mana perginya – untuk menjelaskan tentang kelahiran kembali, yaitu memberikan penegasan kepada Nikodemus bahwa manusia tidak memiliki kendali atas proses kelahiran kembali. Manusia hanya dapat mendengar suaranya, atau merasakan tiupannya, tetapi mereka tidak memiliki kendali untuk memulai dan mengatur arahnya.
TANDA-TANDA KELAHIRAN
KEMBALI
Walaupun manusia tidak memiliki kendali atas kelahiran baru, dimana artinya manusia tidak dapat memuaskan sifat dasarnya yang mengingini suatu kepastian tentang keselamatannya, tetapi Tuhan Yesus memberikan sebuah penegasan bahwa kita dapat mendengar suara angin yang bertiup. Artinya ada tanda-tanda secara lahiriah yang dapat kita pergunakan sebagai petunjuk untuk menilai apakah seseorang telah dilahirkan kembali.
Ciri-ciri Kelahiran
Baru
Untuk
menemukan ciri-ciri dari seseorang yang sudah mengalami kelahiran kembali dapat
dikatakan susah-susah gampang. Sebut saja orang-orang yang telah mengalaminya
seringkali menunjukkan kepedulian mereka terhadap doa, pembacaan Alkitab,
penyembahan, ibadah dan perbuatan baik. Tetapi tanda-tanda lahiriah seperti itu
tidak dapat menjamin bahwa kelahiran kembali sudah terjadi, sebab orang-orang
dari agama lain-pun menunjukkan ciri-ciri yang sama. Oleh sebab itu, kita
membutuhkan ciri-ciri yang lebih spesifik, yaitu ciri-ciri yang ditunjukkan di
dalam Alkitab.
Sayang
sekali bahwa Alkitab hampir-hampir tidak memberikan petunjuk yang pasti
mengenai kelahiran kembali. Mungkin salah satu ayat yang dapat dijadikan
petunjuk adalah Ibrani 6:4-5 yang berkata, “Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap
karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang
mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan
datang…”, namun harus
diakui bahwa apa yang disampaikan di dalam ayat-ayat ini masih bersifat abstrak
dan membutuhkan penafsiran yang bukan tidak mungkin malah membuat orang-orang
Kristen bertambah bingung.
Oleh sebab itu, daripada
memberikan penafsiran yang bersifat spekulatif berdasarkan kitab Ibrani, maka
saya menganjurkan agar kita melihat kepada 1 Yohanes 2:28 – 3:18 yang
menunjukkan gaya hidup seorang anak Allah (artinya sudah dilahirkan kembali),
yaitu:
1. Tidak dikenal oleh dunia, sebab dunia tidak mengenal
Dia (ayat 1). Orang-orang yang sudah dilahirkan kembali gaya hidupnya pasti
berubah. Cara dia bergaul sudah tidak sama lagi, walaupun mereka masih hidup di
dalam lingkungan yang sama. Tidaklah mengherankan apabila mereka dicap sebagai
orang-orang yang “sok rohani”, “ekstrem”, “munafik”, atau perkataan-perkataan
lainnya yang serupa dengan itu. Mungkin mereka akan kehilangan beberapa teman
dan secara naluri mencari persekutuan dengan anak-anak Allah lainnya. Tetapi
yang pasti, mereka harus menunjukkan adanya suatu perubahan di dalam pola pikir
dan hati mereka (baca artikel berbuah bagi Kristus). Kata kuncinya adalah:
TIDAK ADA ORANG YANG SUDAH DILAHIRKAN KEMBALI YANG HIDUPNYA TIDAK BERUBAH,
karena Roh Kudus sudah mengubahkan mereka menjadi manusia yang baru. Apabila
ada orang Kristen mengaku bahwa ia sudah diselamatkan, tetapi kehidupannya
tidak banyak berubah, maka kemungkinan besar orang tersebut belum mengalami
kelahiran kembali (korban doa terima Yesus).
2. Mengalami proses menuju kesempurnaan seperti Kristus
(ayat 2). Roma 8:29-30 berkata “Sebab
semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari
semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu,
menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya
dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya,
mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga
dimuliakan-Nya.”
Tidak ada anak Allah yang tidak mengalami proses menuju kesempurnaan. Hal ini
disebabkan Allah menolak untuk membiarkan anak-anak-Nya hidup seperti sebelum
mereka diselamatkan. Allah menerima kita apa adanya, tetapi Ia menolak untuk
membiarkan kita apa adanya. Setiap anak-Nya pasti akan diproses menuju
keserupaan seperti Kristus. Ketiadaan proses pembentukan karakter (biasanya
melalui “penderitaan” hidup) seperti ini mungkin dapat dijadikan sebagai
petunjuk bahwa mereka bukan anak-anak Allah.
3. Memiliki kerinduan untuk hidup dalam kekudusan
(ayat 3-6). Orang-orang yang sudah dilahirkan kembali seharusnya merasakan
adanya kerinduan untuk hidup di dalam kekudusan, sebab Allah adalah kudus dan
benih ilahi (Roh Kudus) yang ada di dalam diri mereka juga kudus (ayat 9).
Mereka mungkin saja jatuh ke dalam dosa, tetapi mereka tidak mungkin hidup
terus menerus di dalam dosa, sebab Roh Kudus yang ada di dalam diri mereka akan
membuat hidup mereka tidak nyaman dengan keberdosaan mereka.
4. Memiliki kerinduan untuk melakukan kebenaran
(ayat 29, 7-8, 10). Allah adalah benar, maka setiap orang yang lahir
daripada-Nya akan belajar untuk hidup di dalam kebenaran. Roh Kudus adalah Roh
Kebenaran yang akan menuntun setiap kita kepada seluruh kebenaran. Oleh sebab
itu, apabila hidup kita tidak pernah mengalami perubahan secara berkala menuju
manusia yang lebih baik, maka ketiadaan proses perubahan yang Allah lakukan tersebut
patut untuk dipertanyakan.
5. Memiliki Buah Roh Kasih (11-18). Allah adalah
kasih, maka setiap orang yang lahir daripada-Nya pasti memiliki buah Roh kasih.
Pertama-tama, kasih itu dialamatkan kepada Allah sendiri yaitu kerinduan untuk
bersekutu, beribadah, berdoa, membaca Alkitab, dsb. Namun selanjutnya kasih itu
ditujukan kepada sesama manusia. Bukan berarti bahwa anak-anak Allah tidak bisa
membenci orang lain, tetapi yang menjadi petunjuk adalah adanya perubahan di
dalam hati setiap anak Allah untuk bertumbuh dewasa di dalam kasih, yaitu
ditandai dengan perbuatan-perbuatan kasih yang ditunjukkan kepada orang lain.
PENYEBAB-PENYEBAB KELAHIRAN
KEMBALI YANG KELIRU
Pada akhirnya kita sampai pada satu pokok masalah yang tidak bisa dibilang ringan yaitu masalah kelahiran kembali yang keliru dan penyebab-penyebabnya. Sebagaimana sudah disinggung sebelumnya, yang dimaksud dengan kelahiran kembali yang keliru adalah suatu kondisi di mana orang-orang Kristen menyangka dirinya sudah dilahirkan kembali, namun sesungguhnya mereka belum mengalaminya. Orang-orang seperti inilah yang pada akhirnya akan menggenapi peringatan Tuhan Yesus perihal hadirnya nabi-nabi palsu yang bernubuat, mengusir setan dan melakukan banyak mujizat di dalam nama Yesus. Tetapi pada hari terakhir Tuhan Yesus akan berkata kepada mereka, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat 7:15-23).
Menarik untuk
diperhatikan bahwa kata “mengenal” (KJV = Knew) berasal dari bahasa Yunani
“Ginosko” yang artinya menurut kamus Thayer adalah “to know, to understand, to
become acquainted”, namun dapat
juga dipergunakan sebagai ungkapan (idiom) Yahudi untuk menggambarkan hubungan
seksual antara seorang pria dan wanita.
Dalam bahasa Indonesia kita mengenal istilah “berhubungan” – yang
sejajar dengan kata “ginosko” – yang juga sering dipakai sebagai ungkapan untuk
menjelaskan hubungan seksual. Dokter kandungan seringkali bertanya, “berapa
kali berhubungan dalam sebulan?”. Hal ini mengingatkan kita kepada hubungan
seksual antara suami-istri yang disebutkan dalam Alkitab “menjadi satu daging”,
dimana persatuan tersebut menggambarkan persatuan antara Kristus sebagai
mempelai pria dengan umat-Nya sebagai mempelai wanita (Ef 5:31-32) pada hari Pesta
Kawin Anak Domba (Wahyu 19:7-9). Artinya, nabi-nabi palsu yang disebutkan di
sini tidak pernah diperhitungkan sebagai orang-orang yang akan dipersatukan
dengan Kristus. Dengan perkataan lain, walaupun mereka menyebut “Tuhan… Tuhan…”
dan melakukan banyak perkara ajaib dengan mempergunakan nama Yesus, namun
sesungguhnya mereka bukanlah orang-orang yang sudah mengalami kelahiran
kembali. Mereka adalah serigala yang menyamar sebagai domba tanpa pernah
menyadari bahwa mereka sesungguhnya adalah serigala. Hebatnya mereka memiliki
kuasa untuk bernubuat, mengusir setan dan mengadakan banyak mujizat demi nama
Yesus. Pertanyaannya adalah darimana mereka mendapatkan kuasa-kuasa tersebut?
Dari Setan. Itulah sebabnya mereka disebut nabi-nabi palsu, yaitu karena
kuasanya bukan berasal dari Roh Kudus. Mengerikan bukan? Tetapi inilah fakta
dan kebenaran yang harus kita hadapi yaitu bahwa mereka ada di tengah-tengah
kita dan bukan mustahil bahwa mereka adalah hamba-hamba Tuhan (baca: pendeta)
atau pelayan-pelayan Tuhan yang terkenal.
Pertanyaan krusial yang
perlu kita ajukan adalah: Mengapa perkara nabi palsu sebagaimana yang tertulis
di dalam Matius 7:15-23 bisa sampai terjadi? Jawabannya sederhana yaitu karena
mereka mengalami kelahiran kembali yang keliru dan dipakai oleh iblis sebagai
alat bagi mereka untuk menyesatkan sebanyak mungkin orang Kristen lainya,
khususnya bagi mereka yang silau dengan kuasa-kuasa supranatural. Oleh sebab
itu, penting bagi kita untuk mengetahui perkara-perkara apa saja yang dapat
menyebabkan kelahiran kembali yang keliru.
Penyebab-penyebab Kelahiran Kembali yang Keliru
Berikut ini adalah beberapa contoh kasus dimana seseorang bisa mengalami kelahiran kembali yang keliru:
Penyebab #1: Pertobatan Krisis
Biasanya terjadi pada
orang yang sedang mengalami krisis atau masalah tertentu. Contoh: Seorang yang
sedang sakit parah di rumah sakit yang dilayani oleh orang Kristen yang
memberitakan Injil kepadanya dan kemudian diakhiri dengan doa terima Yesus.
Dalam kasus seperti ini, mungkin saja kelahiran kembali benar-benar terjadi,
tetapi tidak bisa dipungkiri pula bahwa sebagian besar dari mereka mengalami
kelahiran kembali yang keliru. Ketika iman keselamatan mereka dipertanyakan,
mereka akan menjawab “Saya sudah berdoa menerima Yesus.” Atau dalam kasus
lainnya, dimana sang pasien pada akhirnya meninggal dunia, tidak jarang kita
mendengar keluarganya berkata, “Pada saat-saat akhir hidupnya, ia mau percaya
kepada Yesus”.
Tanpa bermaksud
mengecilkan arti dari pemberitaan Injil dan pelayanan-pelayanan yang dilakukan di rumah sakit. Demikian pula,
tanpa bermaksud merusak sukacita anggota keluarga yang telah ditinggalkan oleh
mereka yang sempat berdoa menerima Yesus. Ijinkan saya mengajukan sebuah
pertanyaan: Apakah kita benar-benar yakin bahwa mereka (pasien) telah memiliki
iman yang benar di dalam hati mereka? Mengimani tidak sama dengan beriman,
sebab pada dasarnya, mengimani berarti tidak beriman.
Penyebab #2: Menerima Pelayanan Psikologis
Biasanya
pelayanan-pelayanan model seperti ini membawa kepada pemulihan. Maksudnya,
pelayanan-pelayanan seperti ini telah membawa kita kepada kehidupan yang lebih
baik. Misalnya: Retreat, Camp Meeting, Drug Healing, dll. Tidak diragukan lagi
bahwa pelayanan-pelayanan seperti ini telah berjasa untuk mengubah kehidupan banyak
orang. Saya beberapa kali mendengar kesaksian dari mereka yang mengaku bahwa
mereka merasa telah “dilahirkan kembali” menjadi pribadi yang baru. Contoh
kasus yang paling sering terjadi adalah pertobatan dari para pecandu narkoba.
Mereka pasti mengalami suatu pemulihan yang luar biasa dan kita harus berterima
kasih kepada para pelayan yang telah mengabdikan diri mereka untuk melakukan
model pelayanan yang menurut pandangan saya sangat menguras waktu, energi dan
perhatian. Tetapi kenyataan ini sama sekali tidak menjamin bahwa kelahiran
kembali telah terjadi. Beberapa dari mereka mungkin benar-benar mengalami
kelahiran kembali sehingga hal itu memberikan pemulihan yang menyeluruh (tubuh,
jiwa, roh), namun kita harus tetap bersiap untuk menerima kenyataan bahwa
sebagian besar dari mereka hanya mengalami pemulihan secara psikologis saja (tubuh
dan jiwa). Itupun sudah merupakan prestasi yang luar biasa.
Penyebab
#3: Merasakan Kehadiran atau Lawatan Allah
Beberapa kasus terjadi
melalui praise & worship yang emosional, sedangkan beberapa lainnya melalui
khotbah yang menyentuh hati. Saya percaya bahwa janji Yesus yang berkata, “Sebab
di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di
tengah-tengah mereka” juga dapat dirasakan oleh orang-orang yang bahkan
belum percaya kepada-Nya.
Ketika Bait Allah yang
didirikan raja Salomo ditahbiskan, kemuliaan Allah turun dalam bentuk awan
menaungi rumah Tuhan tersebut. Alkitab mencatat bahwa semua imam-imam yang
melayani di sana tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian (2 Taw
5:13-14). Artinya, semua imam yang hadir pada saat itu, beriman atau tidak
beriman, merasakan hadirat Tuhan yang sama. Dengan demikian, merasakan
kehadiran atau lawatan Allah, sama sekali tidak menjadikan seseorang mengalami
kelahiran kembali.
Penyebab
#4: Mengalami Pengalaman Supranatural
Banyak orang Kristen
yang senang terhadap hal-hal yang bersifat spektakuler, contoh: mujizat,
kesembuhan, tumbang dalam Roh, merasakan aliran “setrum”, tertawa dalam Roh,
dll. Nyatanya KKR-KKR kesembuhan Ilahi hampir tidak pernah sepi dari
“pengunjung”. Beberapa orang bahkan keranjingan untuk mengikuti kemana saja
para pengkhotbah spektakuler ini pergi.
Tentunya bukan kapasitas
saya untuk menilai apalagi menghakimi mereka yang keranjingan hal-hal
supranatural seperti itu. Tetapi yang menjadi perhatian saya adalah persepsi
mereka yang salah tentang pengalaman rohani yang dijadikan ukuran bahwa mereka
sudah mengalami kelahiran kembali. Mereka menyangka bahwa hidup mereka berkenan
kepada Allah karena Allah memberikan pengalaman rohani. Tetapi kita harus ingat
bahwa bangsa Israel mengalami banyak sekali pengalaman supranatural (baca:
mujizat), bahkan lebih dari siapapun yang ada di dunia ini. Coba kita pelajari
sejarah, kepada siapa lagi Allah pernah membelah lautan dan menyediakan jalan
yang kering bagi mereka? Belum termasuk sepuluh tulah di Mesir, manna dari
sorga, burung puyuh, air yang memancar dari batu karang, pakaian dan kasut yang
tidak rusak selama 40 tahun, tiang awan dan tiang api, dsb. Tetapi semua itu
tidak membuat bangsa Israel memiliki iman yang benar kepada Allah. Demikian
pula dengan kasus 10 orang kusta yang disembuhkan Tuhan Yesus. Berapa orang
yang kembali kepada-Nya? Hanya satu orang, itupun bukan orang Yahudi, melainkan
orang samaria yang notabene adalah orang asing bagi bangsa Yahudi (Luk
17:11-19).
Dari
keterangan-keterangan Alkitab yang disebutkan di atas, maka kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa pengalaman rohani yang bersifat supranatural, sama
sekali tidak dapat dijadikan patokan bahwa kelahiran kembali sudah terjadi.
Pengalaman-pengalaman rohani seperti kesembuhan dan mujizat adalah pemberian
Allah yang bersifat umum, yaitu berlaku bagi semua orang tanpa kecuali,
sebagaimana yang terjadi pada Naaman orang Siria dan janda dari Sarfat yang
mengalami mujizat Allah.
Penyebab #5: Hal-hal Agamawi
Banyak hal dalam
kegiatan gereja yang dapat mengecoh kita. Misalnya baptisan air atau perjamuan
kudus. Selain itu, jabatan-jabatan gerejawi (pendeta, pelayan, dll) atau
gelar-gelar teologia juga tidak sedikit telah memberikan sumbangsih terhadap
jumlah kelahiran kembali yang keliru. Belum lagi ditambah dengan kesenioritasan
di dalam pelayanan yang menganggap bahwa orang yang lebih senior pasti sudah
dilahirkan kembali. Apakah hal-hal ini dapat dijadikan sebagai ukuran bahwa
mereka sudah mengalami kelahiran kembali? Jawabannya sudah pasti: “TIDAK”.
KRISTENISASI
(SUATU
PERTOBATAN YANG KELIRU)
Sebagai pelengkap dari artikel ini, saya akan menyampaikan beberapa rangkuman dari kisah-kisah yang dituliskan oleh Kent Philpott di dalam bukunya yang berjudul “Apakah Anda Sudah Benar-Benar Dilahirkan Kembali?”, yaitu dengan maksud untuk menunjukkan betapa berbahayanya menerapkan suatu metode penginjilan yang tidak diajarkan di dalam Alkitab.
Kisah Jose
Jose, asal San Jose, memandang saya dengan mata terbelalak dari jeruji sel penjara San Quentin. Dia tidak membutuhkan berita Injil dari saya karena ia telah mendapatkannya saat mendekam di penjara Daerah San Fransisco. Jose dibesarkan dalam lingkungan Gereja Katholik Roma, tapi ia mengaku dibaptis dalam roh saat masih remaja di sebuah gereja besar di Los Angeles. Di usia 35 tahun ia gundah dengan apa yang terjadi terhadap kekristenan dan pelayanannya. Setelah bercakap-cakap dengan jose selama lebih dari satu jam, saya menyadari apa yang menjadi akar masalahnya: ia sama sekali tak tahu mengapa Yesus mati di atas kayu salib, dan ia tak memiliki sedikitpun pengertian mengenai pengampunan. Lagi pula, ia tidak berdoa dan tidak membaca Alkitabnya, ia menolak untuk hadir dalam kebaktian penyembahan di kapel – namun ia sendiri menyatakan dirinya telah menerima baptisan Roh. Jose telah terkristenkan; ia telah terpedaya.
Kisah Mike
Di sebelah sel Jose, ada Mike yang berasal dari Oakland. Mike dua belas tahun lebih muda dari Jose. Ia telah keluar masuk bui dua belas tahun lamanya dan baru saja masuk ke San Quentin. Dibesarkan di sebuah gereja Baptis, ia telah diselamkan di kolam baptisan pada usia 5 tahun, ikut sekolah minggu umur 6 tahun dan mulai mengajar sekolah minggu saat berusia 9 tahun. Di Usia 17 tahun ia mulai masuk lembaga pemasyarakatan muda di California. Lalu saat berumur 25 tahun ia memeluk agama lain. Saya bertanya pada Mike, “apakah engkau benar-benar seorang Kristen di tempat (gereja) yang pertama?” Ia menjawab, “Ah, jangan bertanya seperti itu! Aku kan sudah menceritakan apa saja yang kulakukan di gereja.” Mike belum pernah punya pengalaman bertobat. Mike mengalami Kristenisasi kelas berat, dan saat hal itu pudar, ia begitu terbuka untuk menerima sesuatu (agama) yang lain.
Kisah Bob
Bob yang saya temui saat memimpin suatu upacara pernikahan adalah tipe khas orang Amerika kelas menengah yang rajin ke gereja. Ia bercerita kepada saya, “Saya dibaptis dan menjadi anggota di gereja yang berpusatkan pada Kristus dan berulang kali berdoa menerima Yesus dan saya mempersembahkan hidup saya terus menerus. Saya mengikuti kelas-kelas pemuridan, saya tunduk pada ketuhanan Kristus dan boleh dikatakan saya hidup di jalan yang benar. Tetapi mengapa saya tidak merasa seperti orang Kristen? Mengapa saya tidak bisa menikmati menjadi orang Kristen?” Jawabannya: Bob tidak pernah melakukan pertobatan yang benar!
Kisah Dave
Dave
adalah orang yang sangat rohani.
Ia berpengaruh dan terlibat aktif dalam pelayanan di gereja.
Tiba-tiba ia mulai menanyakan pertanyaan tentang hal-hal teologia sederhana,
tetapi ia kelihatan tidak mengerti kunci doktrin dasar Alkitab. Ia melayani banyak konseling, menyumbangkan sejumlah uang ke
banyak pelayanan radio dan televisi, dan bahkan melakukan mujizat-mujizat kesembuhan (siapa yang memperhatikan
kegelisahan hatinya kalau begitu?), tetapi ia mulai menghindari hadir di gereja
untuk waktu yang lama. Pada saat lain ia mulai meragukan gereja-gereja.
Ia
tidak melakukan kesalahan di dalam merenungkan karya salib. Pikirannya tahu
bahwa Allah sangat mengasihi dan menyediakan Yesus sebagai satu-satunya jalan.
Dalam pandangannya, ia adalah seorang yang saleh, pengasih, dan memperhatikan
orang lain. Ia sangat senang ketika
mengalami pengalaman yang bersifat rohani. Namun ia tidak menyadari bahwa Ia
ada di dalam bahaya.. Ia
hanya sampai pada taraf ketertarikan pada Yesus dan apa yang telah
diperbuat-Nya. Ia adalah contoh simpatisan yang juga terdapat di
gereja-gereja.
Walaupun
Dave berkata bahwa ia telah lahir baru, tetapi saya yakin bahwa Dave telah
melakukan pertobatan yang keliru. Alasannya sederhana, tidak ada kesaksian yang menyertai pengalaman
pertobatannya dan tidak ada pengalaman ketika ia menerima kehadiran Yesus di
hatinya untuk keselamatan.
Jose, Mike, Bob dan Dave adalah korban
kristenisasi yang dilakukan oleh gereja. Banyak orang mengira bahwa
mereka adalah orang-orang Kristen yang telah lahir baru sementara pada
kenyataannya mereka hanya mengalami kristenisasi. Mereka menerima dasar-dasar
kekristenan dan berperan serta dalam pelayanan gereja secara umum. Namun mereka
tidak sadar bahwa proses kristenisasi yang mereka alami adalah sebuah
pertobatan yang keliru. Jika orang-orang yang katanya telah mengalami kelahiran
baru tersebut tidak menunjukkan kepedulian (yang sungguh-sungguh) terhadap doa,
ketertarikan pada Kitab Suci, keinginan untuk menyembah, rasa cinta kepada
Yesus, pertanyaannya adalah apakah ada
kehidupan dalam diri orang tersebut?
Kisah Richard –
Pertobatan Sejati
Richard mulai datang menghadiri
pelayanan doa di sekolah minggu kami. Ia selalu datang sendiri dan tidak
membawa Alkitab ke gereja. Ia datang terlambat dan pulang lebih awal. Saya
memperhatikan bahwa ia selalu merasa tidak nyaman selama pelayanan, khususnya
menjelang khotbah. Setelah empat atau lima minggu, ia menelepon di senin pagi,
menanyakan beberapa hal secara pribadi dan kemudian kami bertemu di hari yang
lain. Ia berkata bahwa ia telah mengalami suatu pengalaman yang bersifat rohani,
yaitu selama ia hadir di gereja. Ia menjadi tertarik dengan gereja melalui
penampilan Billy Graham di televisi dan ia mempunyai pertanyaan perihal
keilahian Yesus. Ia menaruh perhatian tentang semua orang di dunia yang tidak
mengenal Yesus dan ia juga ingin mengetahui apakah saya benar-benar percaya
akan surga dan neraka – semua hal-hal yang umum.
Jelas
terlihat bahwa ia menyadari bahwa ia bukanlah seorang Kristen sejak awalnya.
Saya bertanya apakah ia mengerti kondisi kehilangannya (keberdosaannya), ia
membenarkannya dan hal itu memberikan kegelisahan yang besar dalam hidupnya.
Kami membicarakan apa yang telah diperbuat oleh Yesus di atas kayu salib dan
mengapa Ia mati di sana. Ia mendengarkan dan mengajukan beberapa pertanyaan
yang mendalam. Di akhir percakapan, saya menantangnya untuk datang kepada
Yesus, yaitu untuk menerima pengampunan dan keselamatan. Saya berdoa pada Tuhan
agar Ia menunjukkan pada Richard akan kondisinya dan menyatakan perihal siapa
Yesus yang sebenarnya. Saya menanyakan apakah Richard mau berdoa bersama saya,
tetapi ia menjawab belum siap.
Richard
tidak hadir ke gereja minggu-minggu berikutnya. Saya mulai yakin bahwa saya
telah membuatnya lari dan saya menyesal bahwa saya tidak dapat memberikan kemudahan dalam pertobatan (seperti
doa terima Yesus). Tetapi puji Tuhan, beberapa minggu kemudian, Richard muncul
kembali dan ia telah menjadi pribadi yang berbeda. Sesudah kebaktian ia
mendekati saya dan mengajak saya berbicara. Ia memberitahukan bahwa ia telah
merencanakan pergi ke beberapa gereja untuk memeriksa apakah yang saya katakan
adalah suatu kebenaran. Ia menemukan bahwa tidak ada pendeta lain yang setuju
dengan pertobatan yang saya katakan. Namun pada akhirnya ia mengakui bahwa ia
tidak mendapatkan kedamaian. Ia berkata bahwa ia ingat kepada doa saya dan
mencoba untuk berdoa sendiri. Ia ingat tentang kematian Yesus di atas kayu
salib. Ia mendapatkan kedamaian untuk pertama kalinya dan sangat yakin bahwa ia
telah diampuni. Ia tidak sabar ingin menceritakan tentang pengalamannya kepada
saya.
Hal
ini terjadi beberapa waktu yang lalu dan saya mendapatkan kesempatan untuk
melihat Richard bertumbuh dalam kerohaniannya. Ia dibaptis beberapa bulan
setelah kisah pertobatannya. Ia mempelajari Alkitab, datang teratur ke gereja,
berdoa, belajar untuk bersaksi, memberikan persembahan, dan berada dalam damai
sejahtera yang kuat karena ia tahu apa yang sedang dilakukannya. Roh Kudus yang membuatnya tahu.
0 Response to "KELAHIRAN BARU"
Post a Comment