Kembali ke Alkitab yang sebenar-benarnya (Truly back to the Bible)

BAPTISAN AIR

BAPTISAN AIR 

Quote 1 = "Yesus datang bukan untuk membuat agama dan praktek agama yang baru melainkan menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi, termasuk dalam hal baptisan air"

Quote 2 = "Makna baptisan adalah mati, dikuburkan dan bangkit bersama Kristus, yaitu gambaran dari kematian manusia yang lama dan bangkit menjadi ciptaan yang baru"

Quote 3 = "Bukan cara baptisan yang penting (selam atau percik) melainkan memahami makna baptisan dan menghidupi makna tersebut"





PENDAHULUAN 
     Baptisan air adalah suatu ordinasi (upacara agama) atau sakramen yang harus dilakukan oleh setiap orang Kristen yang percaya kepada Yesus. Mengapa? Karena baptisan adalah suatu perintah yang diberikan oleh Tuhan Yesus sendiri. Perintah itu berkata, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20). Orang-orang yang mengaku percaya kepada Yesus, namun menolak untuk dibaptis, mungkin menunjukkan adanya sifat pemberontakan atau bahkan ketidak-percayaan. Salah satu ciri dari orang yang sudah lahir baru adalah kerinduannya untuk mentaati semua perintah Allah. Biasanya, buah pertama dari kerinduannya itu adalah dibaptis. 

PERSEPSI-PERSEPSI YANG SALAH 
     Ada banyak persepsi yang salah mengenai baptisan, beberapa diantaranya adalah: 
  1. Baptisan adalah tanda keselamatan. Kepercayaan ini berkata “orang yang sudah dibaptis berarti ia sudah diselamatkan”, namun Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa baptisan air membawa kita kepada keselamatan, tetapi iman kepada Kristus-lah yang menyelamatkan (Ef 2:8-9). Penjahat yang disalib di sebelah Kristus tidak sempat dibaptis, namun Yesus berkata bahwa pada hari itu juga ia akan bersama-sama dengan Dia di Firdaus.
  2. Baptisan adalah meterai keselamatan. Sifat dari meterai adalah mengesahkan suatu dokumen dengan cara memberi kekuatan hukum. Apakah perjanjian keselamatan kita disahkan oleh baptisan air? Tidak! Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan kita disahkan atau dimeteraikan dengan Roh Kudus (Ef 1:13-14). 
  3. Jangan dibaptis dulu bila masih hidup di dalam dosa. Apakah orang yang belum dibaptis berarti ia boleh berbuat dosa? Tentu saja tidak! Sebaliknya, siapakah orang yang sesudah dibaptis tidak berbuat dosa lagi? Tidak ada! Kekudusan atau kesucian adalah karya Allah. Tidak ada seorangpun yang menjadi kudus atau suci karena perbuatannya sendiri, termasuk dibaptis. Yang benar adalah: kita dikuduskan, disucikan, dan dibenarkan di dalam nama Yesus Kristus oleh pekerjaan Roh Kudus (1 Korintus 6:11) yang dilambangkan atau digambarkan melalui upacara baptisan air.  


SELAM ATAU PERCIK? 

      Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada dua hal penting yang perlu saya tekankan di sini. Pertama, cara baptisan bukanlah sebuah praktek yang bersifat prinsipil. Bagi saya, baptisan hanyalah sebuah upacara yang melambangkan apa yang Allah kerjakan di dalam kehidupan kita. Kedua, karena alasan yang pertama, saya tidak berkeberatan untuk membaptiskan orang dengan kedua cara di atas (selam atau percik). Menurut pendapat saya, mengerti tentang makna baptisan dan menghidupinya jauh lebih penting daripada cara baptisannya. Buat apa orang Kristen dibaptis (dengan cara yang benar) tetapi kehidupannya tidak menunjukkan bahwa ia adalah orang yang hidup bagi Kristus? Itulah sebabnya, kita harus mempelajari terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan baptisan? Mengapa kita harus dibaptis? Melambangkan apakah baptisan itu? Baru selanjutnya kita akan mempelajari bagaimana seharusnya baptisan dilakukan. 

APAKAH BAPTISAN ITU? 
How Architecture Experience and Meaning Uplift Your Design Quality     Banyak orang Kristen yang mengetahui bahwa baptisan adalah perintah Allah, namun tidak banyak dari mereka yang mengerti, mengapa Allah memerintahkan baptisan? Untuk itu, marilah kita mempelajari 4 kitab Injil yang menceritakan tentang baptisan Tuhan Yesus oleh Yohanes Pembaptis (Matius 3:13-17, Markus 1:4-11, Lukas 3:21-23, Yohanes 1:19-33). 

Mengapa Yesus dibaptis? 
     Sebagian besar orang Kristen akan menjawab: "Yesus memberikan contoh atau teladan bagi kita, karena sebenarnya Ia tidak perlu dibaptis, sebab Ia tidak berdosa." Tetapi apakah ini jawaban yang tepat? Sesungguhnya, Alkitab sudah memberikan jawabannya: “Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Dan Yohanes pun menuruti-Nya.” (Mat 3:14-15). 

Menggenapi kehendak Allah yang mana? 
     Di atas kita sudah membaca bahwa alasan utama mengapa Yesus dibaptis adalah menggenapi seluruh kehendak Allah. Pertanyaan lanjutannya adalah kehendak Allah yang mana? Apakah kehendak-Nya itu dinyatakan secara khusus (diwahyukan) hanya kepada Yesus dan Yohanes Pembaptis saja? Ataukah kehendak Allah yang dimaksud di sini adalah perintah yang terdapat di dalam Perjanjian Lama? 

 “Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli… “ (Lukas 3:21-23). 
     
Exodus 29 | Walking Together Ministries     Menurut kitab Bilangan 4:1-49, setiap orang Lewi yang berumur tiga puluh tahun ke atas sampai yang berumur lima puluh tahun, wajib memenuhi tugas mereka di Bait Allah. Berdasarkan kitab Bilangan 8:5-22, yaitu mengenai pentahbisan orang Lewi, dan Imamat 8:1-36, yaitu mengenai pentahbisan seorang imam, mereka harus melalui suatu upacara penyucian (pentahiran) dengan ketentuan sebagai berikut: “Percikkanlah kepada mereka air penghapus dosa, kemudian haruslah mereka mencukur seluruh tubuhnya dan mencuci pakaiannya dan dengan demikian mentahirkan dirinya.”(Bil 8:7) dan “Musa menyuruh Harun dan anak-anaknya mendekat, dan dibasuhnyalah mereka dengan air” (Im 8:6). 
     Jadi alasan mengapa Yesus dibaptis adalah menggenapi perintah Allah dalam hal pentahbisan seorang imam (sebagaimana yang tertera di dalam hukum Taurat). Ketika Yesus berumur kira-kira tiga puluh tahun, itulah masa-Nya untuk melaksanakan tugas ke-imaman-Nya – menurut peraturan Melkisedek, sebab Yesus bukan orang Lewi melainkan orang Yehuda (Ibr 7:11-21) – dimana di kemudian hari, tepatnya setelah kebangkitan, Ia diangkat menjadi Imam Besar Agung untuk selama-lamanya (Ibr 5:7-10). Hal ini menjelaskan kenapa semua orang Kristen harus dibaptis, yaitu karena semua orang yang percaya kepada Yesus adalah imam-imam Perjanjian Baru (Why 5:10, 1 Pet 2:9).

Apakah baptisan air merupakan suatu ordinasi yang baru? 
    Tidak! Berdasarkan keterangan di atas, dapat disebutkan bahwa baptisan air bukanlah suatu ordinasi yang baru - yaitu seolah-olah baru diajarkan oleh Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus – melainkan sebuah ordinasi yang berasal dari Perjanjian Lama, yaitu upacara penyucian atau pentahiran (lihat gambar berikut)
The Principles of the Doctrine of Christ - ppt download     Sesungguhnya, Yesus datang bukan untuk membuat sebuah agama baru – dengan segala praktek yang baru pula – yang di kemudian hari disebut agama Kristen, melainkan untuk menggenapi hukum Taurat. Tuhan Yesus sendiri menyatakan bahwa kedatangan-Nya adalah untuk menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi (Mat 5:17). Seandainya kita mau jujur terhadap diri kita sendiri, maka seharusnya kita mengakui bahwa kekristenan yang ada pada hari ini jauh lebih mirip sebagai sebuah agama baru ketimbang menggenapi agama Yahudi! 

Adakah bukti yang menyatakan bahwa baptisan air dan upacara pentahiran PL adalah sama? 
     Ya, Yohanes 3:22-25 berkata: “Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. Akan tetapi Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara. Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian.” Berdasarkan ayat ini kita dapat melihat bahwa perdebatan soal baptisan adalah perdebatan tentang penyucian (pentahiran). 
WORDS OF OUR ANCESTORS: WHY WASH WITH SPITTLE?     Bukti kedua adalah Markus 7:4 yang berkata, “dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya (baptizo). Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci (baptismos) cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.” 
     Alkitab bahasa Indonesia (LAI) menterjemahkan kata “baptizo” dan “baptismos” dengan istilah “membersihkan dirinya” dan “mencuci” sehingga kita tidak tahu bahwa ada kata baptizo dan baptismos yang dipergunakan di sini. Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa orang Farisi sama sekali tidak asing dengan praktek baptisan, bahkan mereka sendiripun melakukannya secara berkala. 
     Bukti lainnya yang dapat diberikan untuk mendukung fakta bahwa baptisan bukanlah suatu ordinasi yang baru adalah kenyataan bahwa di dalam Alkitab tidak terdapat pertentangan dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat terhadap baptisan Yohanes, maupun cara baptisannya
     Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa dalam segala hal yang bertentangan dengan kitab Taurat, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat selalu mencari-cari alasan untuk mempersalahkan Tuhan Yesus. Seandainya baptisan adalah suatu praktek agama yang baru, tentunya Alkitab akan mencatat reaksi keras dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Tetapi faktanya reaksi keras semacam itu tidak ada di dalam Alkitab. Kenyataan ini sekaligus membuktikan kepada kita bahwa baptisan bukanlah sesuatu yang baru bagi orang Farisi maupun ahli Taurat. Hal yang sama berlaku juga untuk cara baptisannya. Apabila baptisan Yohanes bertentangan dengan kitab Taurat, maka Alkitab pasti sudah mencatat reaksi keras dari orang Farisi dan ahli Taurat terhadap cara baptisan yang dilakukan Yohanes Pembaptis. 

Lalu pertentangan apa yang terjadi antara para imam dengan Yohanes Pembaptis? 
John the Baptist questions Jesus – are you the Messiah? (Matthew ...     Pertentangan yang terjadi antara orang-orang Yahudi dengan Yohanes yang tercatat di dalam Alkitab bukanlah mengenai baptisan, melainkan OTORITAS untuk membaptis, dan siapa yang harus dibaptis. 
       Yohanes 1:19-28 mencatat bagaimana beberapa orang imam bertanya kepada Yohanes apakah dia Mesias? Elia? atau Nabi yang akan datang? Yohanes memberikan pengakuannya secara jujur bahwa dialah orang yang berseru-seru di padang gurun sesuai dengan nubuat nabi Yesaya. Adapun komentar dari orang Farisi, orang Lewi dan imam-imam terhadap pengakuan Yohanes adalah “mengapa engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?” 
     Di sini kita dapat melihat bahwa orang Farisi, imam-imam dan orang lewi sama sekali tidak mempermasalahkan soal baptisan yang dilakukan oleh Yohanes (maupun cara baptisannya), melainkan soal otoritasnya, yaitu siapa yang memberikan hak kepada Yohanes untuk membaptis? 

Darimana Yohanes memperoleh otoritas untuk membaptis? 
     Di dalam Lukas 3:2-3 disebutkan bahwa Allah telah berfirman kepada Yohanes, dan sebagai wujud ketaatannya, Yohanes segera memulai pelayanannya, yaitu dengan menyerukan “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” 

Apa yg difirmankan Allah kepada Yohanes sehingga ia berani membaptis? 
The Word of God is alive and powerful! It will set you free ...      Injil Yohanes 1:29-34 mencatat: “Dan aku sendiri pun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.” Dan selanjutnya Yohanes Pembaptis memberi kesaksian, katanya: "Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya.“Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus.” 
      Jadi jelaslah bahwa Allah sendiri yang telah mengutus Yohanes untuk membaptis dengan suatu Firman khusus yang kira-kira bunyinya seperti ini: “Pergilah kepada bangsa Israel dan serukanlah kepada mereka agar mereka bertobat dari jalan-jalan mereka yang jahat. Baptislah mereka dan apabila engkau melihat Roh Kudus turun dan tinggal atas seseorang, Dia-lah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus, sebab Ia adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.” 

Mengapa Yohanes membaptis orang-orang biasa bukan orang Lewi? 
     Pertama, Yohanes mempersiapkan (meluruskan) jalan bagi Yesus agar Dia dapat dinyatakan kepada Israel (Yoh 1:31) yaitu dengan jalan menggenapi hukum Taurat dalam hal pentahbisan keimaman-Nya (Yesus adalah orang Yehuda, bukan keturunan orang Lewi, oleh sebab itu Yohanes perlu membuka jalan bagi-Nya), sekaligus juga menggenapi nubuat nabi Yesaya tentang dirinya sendiri yang membuka jalan bagi Mesias (Yoh 1:23).  
     Kedua, hal itu merupakan perlambang dari penyucian yang akan Tuhan Yesus lakukan melalui baptisan Roh Kudus untuk setiap orang percaya, yaitu berkenaan dengan keimamatan setiap orang percaya (1 Pet 2:9, Why 1:6). 
      Oleh sebab itu, secara sederhana dapat dikatakan bahwa baptisan Yohanes adalah masa peralihan antara penyucian bagi imam-imam (dan orang Lewi) di masa Perjanjian Lama dengan penyucian bagi orang-orang percaya (imamat yang rajani) di masa Perjanjian Baru, dimana penyucian bagi imam-imam di dalam Perjanjian Lama adalah perlambang dari penyucian bagi imam-imam (orang Kristen) di dalam Perjanjian Baru. 

Apa maksudnya “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus”? 
     Berdasarkan pengertian bahwa baptisan air mengacu kepada upacara penyucian (seperti orang mencuci tangan supaya bersih), maka perkataan Yohanes dapat dipahami dengan pengertian sebagai berikut: “Aku menyucikan kamu dengan air, tetapi Ia akan menyucikan kamu dengan Roh Kudus”. 
      Jadi dapat dikatakan bahwa upacara pentahiran di dalam PL merupakan gambaran secara profetik (perlambang) atas apa yang akan dikerjakan oleh Tuhan Yesus melalui baptisan Roh Kudus. Secara tidak langsung, Yohanes sedang menjelaskan bahwa apa yang dilakukannya melalui baptisan air, yaitu penyucian dosa secara jasmani (lahiriah), akan digenapi oleh Tuhan Yesus melalui baptisan Roh Kudus, yaitu penyucian dosa secara rohani (batiniah). Elemen yang dipergunakan Yohanes untuk menyucikan adalah air, sedangkan elemen yang dipergunakan Tuhan Yesus adalah Roh Kudus. 

Jadi apakah yang dimaksud dengan baptisan air itu? 
     Baptisan air adalah perlambang dari pekerjaan Roh Kudus yang menyucikan dosa manusia, dan hal ini disebut sebagai baptisan Roh Kudus. Berbeda dari keyakinan sebagian besar orang Pentakosta/Karismatik yang mempercayai bahwa baptisan Roh Kudus adalah pekerjaan Roh Kudus yang kedua (second blessing) setelah kelahiran baru, saya meyakini bahwa baptisan Roh Kudus terjadi pada saat seseorang menjadi percaya, itulah kelahiran baru (Yoh 3:5-6).

"Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita. Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus. Jadi jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?" (Kisah 11:16-17). 

     Ayat-ayat di atas menceritakan tentang pertanggung-jawaban rasul Petrus atas baptisan air yang dilakukannya terhadap keluarga Kornelius (Kisah 10 & 11). Menarik untuk diperhatikan bahwa rasul Petrus menghubungkan antara turunnya Roh Kudus (ditandai dengan bahasa roh, yaitu tanda bagi orang tidak beriman – 1 Kor 14:22) dengan perkataan Yohanes Pembaptis mengenai baptisan air dan baptisan Roh Kudus. Dan yang lebih penting lagi, rasul Petrus menyebutkan kapan kita menerima baptisan Roh Kudus, yaitu waktu kita mulai percaya
   Sedikit tambahan mengenai baptisan Roh Kudus. Injil Yohanes 7:37-39 memberitahukan bahwa sebelum Yesus dimuliakan (dibangkitkan dari antara orang mati), maka tidak ada seorangpun yang dibaptis dengan Roh Kudus. Jadi siapa saja yang hidup di masa Perjanjian Lama, ataupun mereka yang percaya kepada Yesus sebelum Ia dibangkitkan, mereka disebut memiliki Roh Kudus, namun bukan dalam arti dibaptis Roh Kudus. Mungkin lebih tepat apabila dikatakan bahwa mereka diurapi oleh Roh Kudus. Itulah sebabnya, Lukas 4:18 mencatat pernyataan dari Tuhan Yesus yang diambil-Nya dari nubuat Yesaya, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku.” 

CARA BAPTISAN 

     Para penganut baptis percik menekankan secara tegas bahwa air adalah perlambang dari Roh Kudus. Hal ini adalah pengajaran yang konsisten dalam Alkitab tentang Roh Kudus. Alkitab mencatat, “Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.” (Yohanes 7:38-39). 
     Para penganut baptisan selam akan menemui kesulitan untuk menjelaskan apa yang dilambangkan oleh air. Jika baptisan air melambangkan kematian, penguburan dan kebangkitan bersama Kristus (Roma 6:3-4, Kolose 2:12), maka apa artinya air? Jika air melambangkan tanah, maka penafsiran semacam itu tidak memiliki makna sama sekali, sebab tidak ada perlambang air sedemikian di dalam Alkitab. Sebaliknya, apabila tetap dipertahankan bahwa air melambangkan Roh Kudus, maka para penganut baptisan selam akan menemui kesulitan untuk mengatakan bahwa kita ditenggelamkan dalam Roh Kudus. Mengapa? Sebab tidak ada referensi di dalam Alkitab yang menyatakan bahwa kita “ditenggelamkan” dalam Roh Kudus, yang ada adalah Roh Kudus senantiasa “dicurahkan”, “dipercikkan” atau “turunlah”. 
     Mungkin satu-satunya jawaban yang cukup tepat adalah air melambangkan penyucian. Namun penafsiran inipun justru memperkuat posisi baptisan percik sebab semua upacara penyucian di dalam PL dilakukan dengan cara dipercik, baik itu dengan darah maupun dengan air. 

Bagaimana dengan Roma 6:3-4 dan Kolose 2:12? 
Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Roma 6:3-4) 

karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.” (Kolose 2:12) 
BLOGGING FOR CHRIST: Are you taking a bath or being baptized? They ...
 
     Pertanyaannya adalah apakah kedua ayat di atas memberitahukan tentang cara baptisan? Atau kedua ayat di atas memberitahukan tentang MAKNA baptisan? Perlu untuk kita ketahui bahwa cara penguburan orang-orang Yahudi pada jaman Perjanjian Baru bukanlah dikuburkan (ditenggelamkan) ke dalam tanah, melainkan ditaruh di dalam sebuah gua yang tertutup (contoh: Lazarus & Tuhan Yesus). Oleh karena itu, mengidentifikasikan Roma 6:3-4 dan Kolose 2:12 sebagai cara baptisan (penyelaman) adalah sesuatu yang tidak mungkin bagi orang-orang Yahudi jaman Perjanjian Baru, sebab mereka tidak terbiasa dengan tradisi memasukkan jenazah ke dalam tanah. 

Apa arti kedua ayat ini bagi penganut baptis percik? 
     Dengan meyakini bahwa baptisan air yang terdapat di dalam Alkitab adalah perlambang dari baptian Roh Kudus, yaitu penyucian dosa yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Maka tidaklah terlalu sukar untuk menjelaskan arti kedua ayat tersebut. 
      Keselamatan dan pengampunan dosa bukanlah karya Anak (Yesus) semata, melainkan pekerjaan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Keselamatan adalah kasih karunia Allah (Bapa) yang telah mengaruniakan Anak-nya yang Tunggal sebagai jalan keselamatan bagi umat manusia (Yoh 3:16), yang dinyatakan melalui pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib (1 Pet 2:24), dimana selanjutnya keselamatan tersebut dimeteraikan oleh Roh Kudus (Ef 1:3-14). Darah pengorbanan Yesus di atas kayu salib cukup untuk semua orang, akan tetapi pekerjaan Roh Kudus-lah yang menjadikan darah pengampunan Yesus menjadi efektif di dalam kehidupan setiap pribadi yang diselamatkan. Perhatikan bagaimana Alkitab menjelaskan tentang hal ini: “…yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, SUPAYA taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya…” (1 Pet 1:1-2). 
      Sekarang mari kita lihat bagaimana kebenaran ini menjelaskan tentang makna baptisan di dalam Roma 6:3-4 dan Kolose 2:12. Pertama, perhatikan Roma 6:1-4 (ayat 1 dan 2 adalah uraian pendahuluan dari makna baptisan yang dijelaskan pada ayat 3 dan 4), disana dikatakan: 

Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” 

     Disini rasul Paulus sedang menunjukkan ketidak-mungkinan pemikiran seperti itu (bertekun dalam dosa supaya kasih karunia bertambah besar), yaitu dengan cara menunjukkan pada ayat ke-3 dan 4 bahwa ketika seorang percaya disucikan (dibaptis) dalam Kristus, ia telah disucikan (dibaptis) dalam kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Maksudnya, Roh Kudus telah menjadikan darah Yesus yang tercurah melalui kematian-Nya di atas kayu salib menjadi efektif sebagai korban penyucian (baptisan) dosa. Hal itu berarti bahwa orang percaya tersebut sudah mati bagi dosa (karena dosanya telah dihapuskan seperti kotoran yang dibersihkan oleh air) dan dibangkitkan di dalam hidup yang baru (melalui kelahiran kembali dan menjadi ciptaan baru oleh Roh Kudus), yang dilambangkan oleh  kebangkitan Kristus dari kematian. Sesungguhnya berita utama yang disampaikan oleh rasul Paulus di dalam perikop tersebut adalah berita mengenai kematian manusia lama kita (ay 6-8) yang dilambangkan melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Bacalah Roma 6 secara lengkap, maka saudara akan memahami apa yang saya uraikan di atas.
      Kedua, mari perhatikan Kolose 2:11-12 yang merupakan latar belakang dari penjelasan rasul Paulus mengenai baptisan: “Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan SUNAT Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati." 
      Jelas sekali bahwa maksud dari ayat ini adalah menggambarkan persamaan makna antara makna yang terkandung dalam sunat lahiriah – yaitu penanggalan akan bagian tubuh yang kotor/najis – dengan makna yang terkandung dalam baptisan (yang disebut sebagai sunat Kristus) – yaitu penyucian manusia dari segala sesuatu yang najis atau kotor (dosa). 
    Jadi secara singkat, apa artinya Roma 6:3-4 dan Kolose 2:12? Kedua ayat ini memberitahukan tentang MAKNA baptisan, yaitu kematian manusia lama yang berdosa dan penanggalan akan tubuh yang berdosa, yang diidentikan dengan kematian dan kebangkitan Kristus, dimana hal ini dikerjakan oleh Roh Kudus, melalui proses yang disebut baptisan Roh Kudus (yang dilambangkan melalui upacara baptisan air). Itulah sebabnya, memahami tentang makna baptisan dan menghidupinya di dalam kehidupan sehari-hari jauh lebih penting daripada cara baptisannya.


AYAT-AYAT LAIN MENGENAI BAPTISAN 
     Pertama, Efesus 4:1-16 memberitahukan tentang kesatuan tubuh Kristus. Rasul Paulus menekankan tentang “satu Tuhan, satu iman, satu baptisan” (ayat 5). Jika hanya terdapat satu baptisan di dalam PB, maka baptisan itu haruslah baptisan Roh Kudus, karena Alkitab mengatakan “dalam satu Roh kita semua… telah dibaptis menjadi satu tubuh” (1 Korintus 12:13). 
       Seandainya kita mengidentifikasikan baptisan air sebagai perlambang pekerjaan Yesus Kristus, maka kita akan memiliki DUA BAPTISAN (baptisan air dan Roh Kudus), bukannya satu baptisan seperti yang tertulis pada Efesus 4:5. Selain itu, kita sudah memiliki ordinasi perjamuan kudus yang melambangkan pekerjaan Kristus yaitu kematian-Nya (1 Korintus 11:23-26). Apabila kita menghubungkan ordinasi baptisan air dengan kematian Kristus, maka kita memiliki dua ordinasi yang melambangkan pekerjaan Kristus, dan tidak ada satupun ordinasi yang melambangkan pekerjaan Roh Kudus. Tetapi jika kita mengidentifikasikan baptisan air sebagai perlambang pekerjaan Roh Kudus, maka kita benar-benar hanya memiliki SATU BAPTISAN; yang dalam bentuk simbolisnya dilambangkan dengan air (secara lahiriah), namun dalam bentuk realitanya dilakukan oleh Roh Kudus (secara rohani). 
     Kedua, kisah-kisah di dalam Perjanjian Lama yang melambangkan baptisan air Kristen sama sekali tidak mendukung konsep penyelaman. Kisah pertama adalah peristiwa air bah yang terjadi pada masa nabi Nuh (1 Petrus 3:20-21). Secara nyata, Nuh dan seluruh keluarganya sama sekali tidak diselamkan. Mereka hanya merasakan curahan air hujan yang mengguyur mereka, tetapi justru semua orang berdosa-lah yang ditenggelamkan. 
MENYEBERANGI LAUT TEBERAU | SANG SABDA      Kisah yang kedua adalah peristiwa terbelahnya laut Teberau pada jaman nabi Musa (1 Korintus 10:1-2). Rasul Paulus menyatakan bahwa untuk menjadi pengikut Musa, bangsa Israel telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Pertanyaannya adalah mungkinkah dibaptis dalam awan dan dalam laut mendukung konsep penyelaman? Keluaran 14:19-20 menegaskan: “…dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. Demikianlah tiang itu berdiri di antara orang Mesir dan tentara orang Israel…”. 
     Jelas sekali di sini dikatakan bahwa tiang awan berdiri diantara orang Mesir dan tentara Israel, yaitu berdiri di belakang orang Israel, bagaimana mungkin awan tersebut dianggap menenggelamkan orang Israel? Demikian pula dengan terbelahnya laut Teberau, orang Israel berjalan di tanah yang kering (Kel 14:22), mungkin mereka merasakan percikan air laut yang terbelah itu, tetapi yang pasti orang mesir-lah yang ditenggelamkan dalam laut Teberau. 

ARGUMENTASI BAPTISAN SELAM 

      Secara keseluruhan, doktrin baptisan selam dibangun atas tiga dasar berikut ini: 
  1. Roma 6:3-4 dan Kolose 2:12 dimana baptisan melambangkan kematian, penguburan dan kebangkitan bersama Kristus (sudah dibahas sebelumnya). 
  2. Terjemahan dari bahasa Yunani “Baptizo” yang artinya “Menyelamkan” atau “Menenggelamkan” 
  3. Penafsiran dari kata-kata “di situ banyak air”, “keluar dari air”, “turun ke dalam air” 
      Biasanya para penganut baptisan selam (termasuk saya dahulu) pertama-tama dan yang utama akan memakai argumentasi bahwa kata Yunani “baptizo” artinya adalah “menenggelamkan.” Tidak ada ahli yang menolak bahwa arti utama dari kata tersebut adalah menenggelamkan atau mencelupkan. Tetapi sesudah kita sepakat tentang hal itu kita harus melangkah lebih jauh untuk mengetahui apakah ada arti yang lain dari kata “baptizo” selain menenggelamkan? Thayer Dictionary yaitu sebuah kamus bahasa Yunani-Inggris memberikan arti kedua bagi kata “baptizo” yaitu “to wash, to make clean with water, to wash one’s self, bathe.” 
      Beberapa orang penganut baptisan selam sedemikian yakin untuk menetapkan bahwa hanya ada satu arti yang sah untuk kata baptizo, yaitu: menenggelamkan atau menyelamkan. Mereka dengan yakin berkata bahwa Alkitab tidak pernah mempergunakan arti yang lain selain penyelaman. Tetapi ini adalah sebuah keyakinan yang keliru. Marilah kita melihat kepada Alkitab sebagai sumber dari segala kebenaran. 
    Markus 7:4 berkata, “dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya (baptizo). Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci (baptismos) cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga (poterion, xestes, chalkion, kai kline).” 
     Pertama, Alkitab bahasa Indonesia menterjemahkan kata baptizo dan baptismos dengan istilah “membersihkan dirinya” dan “mencuci” sehingga kita tidak tahu bahwa ada kata baptizo dan baptismos yang dipergunakan di sini. Pertanyaannya adalah: Apakah hal ini berarti bahwa setiap kali pulang dari pasar orang-orang farisi selalu menenggelamkan dirinya ke dalam air? Atau mereka hanya sekedar membersihkan dirinya sebagaimana yang tertulis di dalam Alkitab bahasa Indonesia? Pertanyaan lanjutannya adalah: Apakah setiap orang farisi memiliki semacam bak air di dalam rumahnya? Ingatlah bahwa air adalah sesuatu yang sulit dicari di sana. 
     Kedua, apakah orang Farisi selalu menenggelamkan cawan (poterion), kendi (xestes), perkakas tembaga (chalkion), dan bangku (kline, tidak diterjemahkan di dalam Alkitab bahasa Indonesia) ke dalam air? Sebaliknya, upacara penyucian terhadap benda-benda menunjuk kepada Perjanjian Lama seperti yang diungkapkan dalam Bilangan 19:18: “Kemudian seorang yang tahir haruslah mengambil hisop, mencelupkannya ke dalam air itu dan memercikkannya ke atas kemah dan ke atas segala bejana dan ke atas orang-orang yang ada di sana … “. Kenyataan ini sekaligus menegaskan kepada kita bahwa orang-orang Farisi sama sekali tidak asing dengan praktek baptisan. 
Hand Washing Rituals | Study
      Masih di dalam perdebatan yang sama dengan orang Farisi, Lukas 11:38 berkata, “…heran karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya (baptizo) sebelum makan.” Alkitab bahasa Indonesia menterjemahkan kata “baptizo” dengan istilah “mencuci tangan”. Pertanyaannya adalah: Mungkinkah Yesus diharapkan menyelamkan dirinya ke dalam air setiap kali sebelum Ia makan? Ataukah Yesus hanya sekedar mencuci tangan sebagaimana yang dinyatakan di dalam Alkitab bahasa Indonesia? Jelas sekali bahwa lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dalam kasus ini sudah melakukan tugasnya dengan tepat, sebab kata baptisan yang terdapat dalam ayat ini memang bukan bicara tentang arti utama dari kata baptizo (menyelamkan), melainkan arti keduanya yaitu mencuci atau membersihkan diri dengan air. 
      Mungkin ada yang beragumentasi bahwa yang ditenggelamkan adalah tangan-Nya, tetapi Alkitab bahasa Yunani sama sekali tidak menyebutkan kata tangan (“cheir”) di dalam ayat ini. Jadi dengan argumentasi apa kita dapat berkata bahwa yang ditenggelamkan adalah tangan-Nya? 

Bukankah bahasa Yunani untuk percik adalah “rantizo”? 
      Salah satu argumentasi yang paling sering dipergunakan oleh para penganut baptisan selam adalah sebagai berikut: “Baptizo artinya adalah penyelaman, sedangkan percik bahasa Yunaninya adalah Rantizo.” 
      Ibrani 9:10 berkata, “karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan (diaphoros baptismos), hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan.” 
     Di sini penulis kitab Ibrani menjelaskan bahwa di dalam Perjanjian Lama terdapat berbagai macam baptisan (ada 3 macam baptisan yang dibahas dalam kitab Ibrani pasal 9), yaitu berbagai macam upacara penyucian, yang hanya berlaku sampai kepada pembaharuan, yaitu kedatangan Tuhan Yesus. 
    Pertama, ia berbicara tentang “percikan (rhantizo) abu lembu muda yang menguduskan (menyucikan) mereka” (Ibrani 9:13), dimana tentunya hal ini berkaitan dengan pemercikan air pentahiran yang terdapat di dalam Bilangan 19 (lihat referensi Alkitab). 
Mezbah Korban Bakaran & Bejana Pembasuhan – Oikodomeo
     Kedua, ia berbicara tentang bagaimana Musa “mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki (rhantizo) kitab itu sendiri dan seluruh umat.”(Ibrani 9:19). 
     Ketiga, ia melukiskan tentang penyucian benda-benda yang dipergunakan untuk ibadah, “Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya (rhantizo) secara demikian dengan darah.”(Ibrani 9:21). 
    Berdasarkan surat Ibrani 9 yang telah dijelaskan di atas, maka gugurlah argumentasi baptisan selam mengenai rantizo, mengapa? Karena di atas sudah dijelaskan bahwa di dalam Perjanjian Lama terdapat berbagai macam baptisan, caranya adalah dipercik. Jadi baptizo adalah nama ordinasinya, sedangkan rantizo adalah caranya. Mungkin ilustrasi upacara 7 bulanan dapat menjelaskan tentang perbedaan ini. Tujuh bulanan adalah nama upacaranya, sedangkan siramam air yang berasal dari tujuh sumur adalah caranya. Ketika kita menyebutkan istilah tujuh bulanan, maka tidak perlu dijelaskan bahwa yang akan dilakukan adalah penyiraman dengan air. 
     Demikianlah saya meyakini bahwa kata “baptizo” dapat dipergunakan dengan dua tujuan, yaitu sebagai kata kerja dan sebagai nama ordinasi. Contoh penggunaan kata baptizo sebagai kata kerja ditunjukkan pada saat orang Farisi membersihkan dirinya atau ketika Yesus diminta mencuci tangannya sebelum makan. Sedangkan penggunaan kata baptizo sebagai nama ordinasi ditunjukkan dalam ayat-ayat berikut ini: 
  1. Aku menenggelamkan (membaptis) kamu dengan air… Ia akan menenggelamkan (membaptis) kamu dengan Roh Kudus dan dengan api (Mat 3:11). 
  2. Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk menenggelamkan (membaptis), tetapi untuk memberitakan Injil… (1 Kor 1:17) 
  3. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah ditenggelamkan (dibaptis) menjadi satu tubuh (1 Kor 12:13). 
  4. Satu Tuhan, satu iman, satu tenggelaman (baptisan) (Ef 4:5). 
  5. Yaitu ajaran tentang pelbagai penenggelaman (pembaptisan), penumpangan tangan (Ibr 6:2). 
Saudara pasti akan menemukan kejanggalan bahasa apabila kata baptizo dimaknai sebagai kata kerja di dalam kelima contoh di atas.

Bagaimana dengan kata-kata seperti “di situ banyak air”, “keluar dari air”, dan “turun ke dalam air”?

      Pertama, Yohanes 3:23 memberitahukan bahwa Yohanes membaptis di dekat Salim “sebab di situ banyak air”, sehingga mengindikasikan adanya baptisan selam. Bagi saudara yang pernah membaca kisah Abraham, Ishak dan Yakub tentunya saudara mengetahui betapa sulitnya mencari mata air di tanah Israel. Demikian Alkitab mencatat, “Seluruh Yerusalem, seluruh Yehuda, dan daerah-daerah sekitar Yordan” datang kepada Yohanes untuk dibaptis. Beberapa teolog memperkirakan ada sekitar 100 ribu orang. Tentunya dibutuhkan banyak air untuk membaptis 100 ribu orang dalam waktu 1,5 tahun pelayanan Yohanes Pembaptis. Selain itu, apabila dihitung, maka Yohanes telah membaptis lebih dari dua ratus orang setiap hari. Apabila baptisan yang dilakukan Yohanes adalah dengan cara penyelaman, maka Yohanes akan terus-menerus berada di dalam air sepanjang umur pelayanannya. 
     Kedua adalah baptisan Tuhan Yesus. Dikatakan di dalam Matius 3:16 bahwa setelah Yesus dibaptis, Ia “segera keluar dari air”. Kata Yunani yang dipakai di sini adalah “apo”. Menurut kamus Thayer, arti dari “apo” adalah “of separation (perpisahan), of departing (meninggalkan), of fleeing (pergi), any kind separation of one thing to another by which the union or fellowship of two is destroyed.” Maka dengan pengertian seperti ini, apabila Yohanes berada di bagian paling tepi dari aliran air tersebut, atau bahkan ia tidak menginjakkan kakinya ke dalam air sekalipun, ekspresi Yunani “apo” tetap dapat dipergunakan di sini, sebab pengertian/terjemahan yang lebih tepat adalah Yesus segera “meninggalkan” air. 
      Selain itu, Lukas 2:4 mencatat, “demikian juga Yusuf pergi dari (apo) kota Nazaret di galilea”, apakah kita mengira bahwa Yusuf keluar dari dalam tanah Nazaret? Demikian pula Yohanes 11:55 yang mencatat, “banyak orang dari (apo) negeri itu berangkat ke Yerusalem”, tentu saja mereka tidak keluar dari dalam tanah, melainkan mereka meninggalkan negeri mereka dan pergi ke Yerusalem, sama halnya seperti Yesus meninggalkan sungai Yordan setelah Ia dibaptis oleh Yohanes. 
     Ketiga adalah kasus sida-sida dari Etiopia (Kisah 8:26-40). Di sana dikisahkan bahwa seorang sida-sida sedang membaca nubuat nabi Yesaya dan kemudian Filipus menawarkan diri untuk memberi penjelasan tentang Firman Tuhan. Hatinya terbuka untuk Injil dan ia berkata “lihat, di situ ada air; apakah halangannya jika aku dibaptis”. Tidak diragukan lagi bahwa Filipus pasti menjelaskan tentang baptisan kepada sida-sida dari Etiopia tersebut, sehingga dicatat “keduanya turun ke dalam air” dan selanjutnya terjadi penegasan “baik Filipus maupun sida-sida itu.” Kemudian setelah dibaptis dikatakan “mereka keluar dari air.”
ETHIOPIAN EUNUCH | A CHRISTIAN PILGRIMAGE
      Ini adalah kasus yang sangat menarik. Keseluruhan ide mengenai nubuat yang sedang dibaca oleh sida-sida dari Etiopia tersebut dimulai dari Yesaya 52:13 sampai dengan 53:12 dengan judul perikop: “Hamba TUHAN yang menderita”, dimana nubuat tersebut menceritakan tentang penderitaan Tuhan Yesus sebelum datangnya penyelamatan atas Sion (Yes 52:1-12). Sekarang mari kita cermati bagaimana Filipus menghubungkan antara keselamatan dari “Hamba Tuhan yang menderita” (Yesus) dengan baptisan air sehingga sida-sida itu minta dibaptis. 
    Perhatikan Yesaya 52:15, disana dikatakan: “demikianlah ia akan membuat tercengang (nazah = memercik) banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.” Alkitab bahasa Indonesia secara aneh bin ajaib telah menterjemahkan kata Ibrani “Nazah” dengan istilah “membuat tercengang” dimana seharusnya adalah "memercik". Alkitab bahasa Inggris King James Version (KJV), New International Version (NIV), New American Standard (ANS), Internacional Standard Version (ISV), dan New English Translation (NET), semuanya menggunakan terjemahan yang sama, yaitu “sprinkle” (memercik). Jadi tidaklah mengherankan apabila sida-sida dari Etiopia tersebut mau langsung dibaptis, yaitu karena ia percaya akan nubuat nabi Yesaya tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus yang akan memercik banyak bangsa. 
     Berikutnya adalah kata “keduanya turun ke dalam air”. Kata depan “eis” yang diterjemahkan “ke dalam” dipakai sebanyak sebelas kali di dalam Kisah Para Rasul 8, dan ayat ke 38 adalah satu-satunya kasus dimana kata “eis” diterjemahkan “ke dalam”. Apakah hal ini tidak aneh dan menimbulkan pertanyaan? Yohanes 20:4-5 memberikan petunjuk yang baik tentang penggunaan kata “eis”. Disana dikatakan “keduanya (Petrus dan Yohanes) berlari bersama-sama… sampai di (eis) kubur.” Apakah Yohanes sudah masuk ke dalam kubur? Jelas belum, tetapi kata penunjuk “eis” sudah dipakai di sini. Ayat selanjutnya memberikan penegasan yang lebih kuat lagi, “Ia menjenguk ke dalam (eis)… tetapi tidak masuk ke dalam.” Perhatikan bahwa Yohanes sama sekali tidak masuk ke dalam gua, melainkan hanya kepalanya saja (menjenguk), tetapi kata “eis” dipakai di sini. Jadi bagaimana kita mau memaksakan ide bahwa Filipus dan sida-sida tersebut telah masuk ke dalam air yang dalam? 
Kent Crockett's Devotionals: Catching the Fish with a Coin in its ...     Menurut kamus Thayer, kata “Eis” memiliki arti “into, unto, to, towards, for, among”. Jadi, sebagaimana yang terdapat di dalam Matius 17:27, dimana Tuhan Yesus memberikan perintah kepada Petrus, “Pergilah memancing ke (eis) danau” (tentunya Petrus hanya memancing di pinggir danau, tidak sampai masuk ke dalam danau), demikian pula Kisah 8:38 ini tidak memberikan kepastian apa-apa tentang penyelaman. 
      Kata yang terakhir adalah “keluar dari” yang merupakan terjemahan dari kata “ek” yang juga tidak memberikan dukungan terhadap teori penyelaman. Kamus Thayer memberikan arti “out of, from, by, away from”. Berbeda dengan kasus baptisan Tuhan Yesus dimana kata “keluar dari air” merupakan terjemahan dari kata “apo”, disini dipergunakan kata “ek”, yang juga sama-sama tidak memberikan kepastian bahwa mereka telah “masuk ke dalam” terlebih dahulu sebelum “keluar dari” air. Perhatikan tiga contoh berikut ini: 
  1. Matius 12:33, “Pohon dikenal dari (ek) buahnya” = Dapatkah orang memiliki pengertian “pohon dikenal keluar dari buahnya?”
  2. Yohanes 10:32, “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari (ek) Bapa-Ku” = Sulit untuk menterjemahkannya “banyak pekerjaan baik yang keluar dari Bapa-Ku”, apalagi ditafsirkan dengan pengertian bahwa pekerjaan baik keluar dari dalam Bapa-Ku. 
  3. Yohanes 12:32, “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari (ek) bumi, Aku akan menarik semua orang kepada-Ku” = Tentunya kalimat ini tidak bisa diterjemahkan dengan “keluar dari bumi”, apalagi “keluar dari dalam bumi.” 
     Bahkan, sekalipun di dalam kasus Filipus dan sida-sida diterjemahkan bahwa mereka “keluar dari” air, tetap tidak dapat meyakinkan bahwa baptisan selam telah terjadi. Alasannya sederhana, keluar dari air tidak menunjukkan bahwa air yang dipakai disitu adalah air yang dalam. Cukup air semata kaki, maka penggunaan kata “ek” sudah dapat dipergunakan, sebab pada dasarnya mereka sudah keluar dari air. 
A Cartoonist's Guide to Philip and the Ethiopian Eunuch | Acts 8 ...     Sesungguhnya ada satu bagian Alkitab dari kasus sida-sida dari Etiopia yang tidak pernah mau dibahas oleh para pendukung baptisan selam, yaitu Kisah 8:36 yang berkata, “mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada TI HUDOR (sedikit air, KJV: certain/some water)". Jadi, ketika pada ayat ke-38 disebutkan “keduanya turun ke dalam air” dan pada ayat ke-39 dikatakan “mereka keluar dari air”, air yang dimaksud di sini bukanlah air dalam jumlah yang banyak atau air yang dalam, melainkan sedikit air yang cukup untuk melakukan baptisan. 
     Sejumlah teolog baptisan selam mengungkapkan pendapatnya bahwa seandainya baptisan air dilakukan dengan cara dipercik, lalu mengapa sida-sida dari Etiopia tidak dibaptis dengan air minum yang dibawanya? Kenapa mereka harus repot-repot mencari sejumlah air? Sejujurnya, ketika saya masih menjadi penganut baptisan selam, sayapun memberikan argumentasi yang sama. Tetapi setelah saya berpindah haluan, khususnya setelah saya mempelajari betapa jauhnya perjalanan yang harus ditempuh antara Yerusalem dan Etiopia, maka saya harus mengakui bahwa argumentasi tersebut adalah suatu alasan yang terlalu dicari-cari, walaupun kedengarannya masuk akal. Saya yakin bahwa siapapun yang ada di posisi sida-sida itu akan melakukan hal yang sama, yaitu sebisa mungkin mengirit air minum yang tersedia, kecuali karena terpaksa. 
     Selain itu, seandainya saudara membaca bagaimana cara Allah mempertemukan Filipus dengan sida-sida dari Etiopia itu (Kis 8:26-30) dan bagaimana Allah secara ajaib melarikan Filipus setelah ia menyelesaikan tugasnya untuk membaptis (Kis 8:39-40), maka seharusnya kita tidak perlu heran jikalau mereka dapat menemukan sejumlah air yang dapat dipergunakan untuk baptisan. Allah tahu kapan dan dimana waktu yang paling tepat untuk mempertemukan mereka sehingga setelah pembicaraan tentang baptisan selesai dilakukan, segera mereka dapat menemukan sejumlah air yang dimaksud. Amin...

0 Response to "BAPTISAN AIR"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel